"Aku tahu kau tak ingin salah memilih"
 "Tetapi tak bisakah kau sedikit melihat usahaku? Sebuah usaha untuk menjadi seimbang denganmu? Tak bisakah kau merasakan betapa aku berusaha mencari sebanyak banyaknya bahan untuk kita perbincangkan? Tentang duniamu, tentang apa yang kamu tahu, tak bisakah kamu mengindera betapa aku harus berlari untuk mengejar apa yang kau ketahui. Sekalipun aku tak terlalu butuh itu"
 "Aku tahu kau ingin perempuan yang cantik"
"Tapi tak bisakah kamu sedikit melihat apa yang tersembunyi dalam jiwaku? Bagaimana caraku untuk memolesnya habis habisan agar menjadi pas di matamu?"
Cantik, suatu hal yang mustahil kuraih. Aku sudah merasa cukup dengan paras yang Tuhan amanahkan. Tidak bisa kurubah, aku menyerah untuk hal ini.
"Aku tahu, kau ingin perempuan yang baik"
 "Dan mungkin, aku kurang dalam hal itu. Mungkin memang kebaikan tidak selalu berbanding lurus dengan rasa suka"
Kuteguk kasar gelas anggur di depanku, nyaris tandas dalam satu hentakan.
 "Aku tahu kau tak benar benar mencintaiku"
Alunan musik jazz menyapa telinga. Menyambar setiap air mata yang kukucurkan lebih dari tiga menit yang lalu.
"Maaf, aku terlalu banyak bicara. Aku harap kau selalu bahagia, dengan perempuan yang kau suka"