Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menemani Bapak

16 Mei 2018   20:11 Diperbarui: 16 Mei 2018   20:32 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapakku yang berpulang" jawabku pelan.

Dia menghisap rokoknya dalam dalam.

"Dia orang yang seperti apa?" tanyanya.

Entah apa yang membuatnya ingin tahu, mungkin dia hanya sekedar basa basi. Namun aku selalu menceritakan perihal Bapak dengan bersemangat. Hanya beliaulah satu satunya hal di dunia ini yang bisa aku banggakan.

"Aku tak pernah belajar tentang surga dan neraka, namun kuharap dia meringkuk di surga di kemudian hari" katanya sambil mengakhiri rokoknya yang tinggal setinggi ibu jari. Dilemparkan ke tengah hujan yang sedang intim intimnya mengamuk pada bumi.

Aku menyempatkan kata 'Aamiin' sebelum kemudian berani melihat wajahnya.

Setelah itu aku tak ingat telah menceritakan apa saja padanya.

Aku hanya tau, dia memiliki warna mata hazel.

Indah.

-

"Ibuk mau ajak aku kemana?" aku terkejut saat Ibu tiba tiba saja membangunkanku pukul tiga pagi dan beliau tidak segera keluar dari rumah. Ini berarti aku tak bisa menemui Bapak hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun