"Maaf aku selalu membuat kecewa"
Aku menunduk.
Dalam sudut yang hanya berpenghuni dua nyawa ini aku harus mengatur napas.
Jogja masih sama, dua tiga penghibur yang sepaket dengan ukulele berdatangan. Mendatangi tangan demi tangan tuan yang murah hatinya. Mencari cari rahmat Tuhan yang mungkin sedang ditipkan pada manusia lainnya.
Lelaki di hadapanku juga.
Dia masih sama.
Menjamuku dengan kopi yang sama.
Dia masih sama, walau kami sudah tak bersama sama.
Jogja masih berkelip. Lampu lampu tak berhenti berkedip. Hanyut pada simfoni rindu yang sukses mengaduk aduk batinku. Aku juga kangen, teriakku dalam hati.
Aku masih suka kamu.
Ah seandainya mengatakan itu begitu mudah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!