Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masih di Jogja

11 Mei 2018   18:49 Diperbarui: 11 Mei 2018   19:07 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dinginnya menikam pori pori. Orang Jawa bilang ini musim 'bedhidhing'. Masa masanya hawa malam menyerang siapa saja. Cukup cocok untuk menggerakkan sepasang kaki beralas seadanya untuk melangkah mencari sesuatu. Kopi misalnya.

Jalanan menghitam oleh gelap. Hanya satu dua temaram sinar lampu teplok tergantung pada gerobak gerobak isi jajanan murah yang masih menyala. Juga mata mata yang masih awas mengamati malam. Ada kepulan asap di sana sini. Beraneka aroma.

Di suatu sudut kepulan itu menebal. Dihembuskan oleh sepasang bibir yang mungkin telah menghitam. Tapi masih manis, untukku. Aromanya hingga ke tempatku berdiri, rasa coklat.

Aku berhenti di hadapannya. Sesaat mencopot sendalku, menghampirinya pada tikar pandan. Bibirnya tersenyum, meletakkan peralatan hisapnya di samping paha. Matanya yang sayu mengerling seolah menyambutku.

"Sudah kupesankan kopi" katanya. Aku mengangguk sebagai ucapan terimakasih. Dia meraih kembali vapenya, bersiap untuk menghisap. Namun tangannya kembali turun saat aku terbatuk, sengaja mencegahnya.

"Maaf ya, aku baru beli kemarin. Sayang kalo nggak dipake" disimpannya rokok elektrik itu pada sakunya. Menghormatiku yang tak suka melihat dia terus terusan menghabiskan sisa tabungan untuk membeli benda seperti itu. Dia menyodorkan gelas kopiku.

"Spesial dengan arang" katanya.

Jalanan masih basah dengan sisa hujan.

Jogja masih sama, membuat rindu. Pun dengan dinginnya yang istimewa. Tak ada rasa menyesal walaupun aku hanya pulang setahun sekali. Asalkan..

"Aku kangen kamu" bisiknya.

Kami membisu setelahnya. Seperti biasa aku tak segera menyahut. Aku membutuhkan banyak detik untuk meredam sesuatu di dalam sini setelah mendengar apa yang baru saja keluar dari mulutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun