Lagi, dia hisap rokoknya. Mungkin ini yang terakhir.
"Bagaimana jika aku tak menginginkanmu?" tanyanya.
Mata kami bertemu.
Aku tahu jika tangan kanannya itu ingin mengusap segala hal yang membuat mataku kehilangan binar.
Tetapi ia hanya luluh pada logikanya untuk meninggalkanku cepat cepat.
"Bagaimana bisa kamu seperti itu?"
Pelan, ia rapikan anak anak rambutku yang menutupi dahi. Kemudian dia sentuh bagian bawah telingaku.
Mataku sudah terpejam, aku siap dengan segala hal selanjutnya.
Aku dapat merasakan napasnya dalam jarak sedekat ini. Perlahan dia cium mata kananku.
"Sudah lama sekali kamu tidak memakai giwang, Renjana"
Aku tercekat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!