Ada beberapa hal yang menarik dari keterangan Saksi Ahli Psikologis Klinis:
> Mengenai "Numb" atau Mati-Rasa.
> Mengenai tingkatan partisipatif Terdakwa dalam kegentingan
> Mengenai kesimpulan Saksi Ahli bahwa dalam kelompok seusia Terdakwa, Terdakwa tidak seperti yang lazim dilakukan oleh remaja seusia mereka dimana mereka biasanya main-gadget, social-media dll
> Adalah biasa bagi orang2 untuk menempatkan tas di atas meja sebagai penanda; tetapi biasanya tas tersebut akan dipindahkan ke kursi/sofa setelah datang / kembali lagi ketempat tersebut
Penulis melihat bahwa kesaksian dari Ahli Psikologis Klinis ini "expected" karena dari kesimpulannya beliau berusaha menunjukkan kejanggalan-kejanggalan, maka saat dimintai keterangannya sebagai saksi, beliau pun berusaha menunjukkan validitas dari kesimpulan2nya tersebut.
Penulis melihat bahwa Saksi Ahli inipun tidak terlepas dari persepsi yang beliau yakini sebagai kebenaran (presumptive) yang kemudian menjadi "barang bukti" (evidence - presumptive evidence) dalam persidangan ini.
Persepsi, itu harus digunakan secara hati-hati.
Dalam melihat kasus Mirna ini, sebagian besar masyarakat yang mengikuti menilai dan memberi ekspektasi bahwa Terdakwa harus bersikap tertentu. Oleh karena itu, banyak hal2 yang kita nilai "tidak wajar". Padahal kalau kita mau coba 'terbuka' sedikit, kalau kita melihat orang dari latar belakang budaya yang berbeda, dimana pria merangkul dan cipika cipiki istri orang adalah wajar, secara otomatis kita juga akan menilai itu "tidak wajar" kan?
Atau ke yang lebih 'ekstrim' dimana bagi orang2 di daerah tertentu terbiasa dengan nudity, banyak kita yang akan menganggap itu "tidak wajar" ... oleh karena itu, kita harus bisa menempatkan diri kita dalam persepsi yang benar.
1. mengenai Numb atau Mati Rasa dan tingkat partisipasi Terdakwa dalam memberikan pertolongan.