Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kukira Sayang, Ternyata Takut Ditinggal

20 Januari 2024   15:11 Diperbarui: 20 Januari 2024   15:20 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu terus berjalan, masih ingat rasanya saat dulu kau menghancurkanku sebegitunya. Aku tertatih dengan sedikit harap dan tak mengharapkan hari esok sama sekali. Rasanya begitu sakit dan melelahkan, entah percikan apa yang membuatku terus bertahan saat itu. Hingga akhirnya, kini aku bisa mengatakan 'waktu tidak berasa, ya'

Masih teringat jelas raut wajah bahagiamu dalam benakku. Guratan diujung bibir dan mata yang dahulu selalu aku nantikan. Kini, entah kemana aku tak ingin tahu. Masih merindu? tentu saja. 'tapi aku sudah tidak mengharapkannya lagi'

Kamu yang dahulu menemukanku sebagai ruang kosong, akhirnya berhasil mengisi hampir seluruh ruangan dalam diriku.

Kamu yang dahulu sedetik tak ada kabar membuatku kalut, sekarang sudah bodo amat

Kamu yang dahulu berkata tak akan pergi tapi terus menyakiti, sekarang aku tidak peduli

Kamu yang dahulu kutitipkan seluruh hatiku untuk dijaga, justru malah dirusak tanpa ampun

Baca juga: Bagaimana Cara

Hubungan kita yang dahulu penuh dengan drama takut ditinggal, kini telah menyisakan hikmah

Kita yang dahulu berpikir bahwa saling sayang, ternyata hanya saling takut ditinggal

Kita yang berharap bisa selalu bersama dan saling membangun, nyatanya hanya saling memborgol dan menahan sayap 'tuk terbang

Aku ingin begini, tapi tak bisa kusampaikan

Kamu ingin begitu, tapi tak bisa kausampaikan

Kita terjebak dalam kebahagiaan semu yang sangat menyakitkan

Kita menganggap saling mengerti, padahal nyatanya hanya memaksa paham agar tak ribut

Begitu sakit tapi membahagiakan

Hingga akhirnya kutemukan diriku, disudut yang sama saat kau menemukannya dalam kondisi kosong

Dramapun kembali terjadi, semua pengorbanan diungkit tanpa ampun. Yang dahulu terasa sakit tapi membahagiakan, saat itu terasa sakit dan membakar.

Kini, kisah itu telah menjadi pelajaran berharga yang sakitnya taakan aku lupa agar aku tak kembali terjebak dalam lubang yang sama

Terima kasih telah hadir, meski untuk menghancurkan

Poem by a little bit of Mega

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun