dipelataran yang asri ini
aku ditemani angin yang menyejukkan raga
yang juga membantu mendinginkan hati yang sedang terbakar
terbakar karena tak mampu menahan ego
untuk berhenti menyiram bensin pada hati yang tandus
kering kerontang karena lupa untuk bertanya pada logika
aku memang bodoh,
sudah sakit terbakar tapi masih belum jua menyerah
sikapmu padaku seolah memberi makan pada ego yang kelaparan
ego yang hanya bisa dipuaskan oleh secuil perhatian darimu.
baik, jika itu maumu... aku akan membayangkan ketika pada akhirnya kau menyatakan cinta padaku
"aku tersipu malu karena tak kuasa menahan rasa senang didada
hati terasa ingin meledak
raga terasa ingin meloncatÂ
aku membayangkan ketika pada akhirnya kita berjalan dipinggir danau
setelah selesai bersiap untuk piknik
dengan suara parau kau kembali menyatakan cinta
membuatku hatiku semakin jatuhÂ
sekaligus menerbangkan perasaanku setinggi awan
kemudian aku menceritakan tentang semuanya,
semuanya...
ketika aku menyadari bahwa aku jatuh cinta padamu,
ketika aku kecewa kau sudah menjadi milik yang lain,
ketika logikaku selalu memaksa untuk menyerah,
ketika aku tak sanggup lagi untuk sedikitpun mendengar ataupun melihatmu,
ketika pada akhirnya logikaku menyerah,
dan membiarkan perasaan mengambil alih,Â
terus menerus menabur benih cinta dan memupuknya
sampai akhirnya kau,Â
entah karena usaha yang mana karena aku tak pernah berjuang
justru mengungkapkan rasa padaku
dan akhirnya, kita bahagia
bahagia milik kita berdua"
sudah puas?
Poem by a little bit of Mega
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI