Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

3 Rekomendasi Buku untuk Usia Dewasa Awal

23 April 2023   08:00 Diperbarui: 28 April 2023   21:45 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Hampir sama seperti peralihan pada masa anak-anak menuju remaja, individu pada masa dewasa awal biasanya akan merasakan berbagai dinamika resiliensi untuk bertahan hidup. 


Bedanya, ketika peralihan masa anak-anak menuju remaja individu cenderung masih didampingi oleh pengasuh atau orang dewasa, atau dengan kata lain pada masa ini individu cenderung bertugas untuk menemukan hal yang diinginkan dalam hidup, pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa, individu cenderung menyelesaikan tugas perkembangannya seorang diri, dan tak jarang dalam proses peralihan ini individu mengemban dua atau tiga tugas sekaligus, yaitu untuk memperoleh jati diri, memperoleh penghasilan dan menemukan pasangan hidup.

Orang yang berada pada tahap ini biasanya dihadapkan pada kenyataan yang pahit, tidak sesuai ekspektasi, faktor kegagalan diluar prediksi, dan rasa kesepian yang mendalam. 

Karena merasa sudah dewasa, individu pada tahap ini cenderung memendam banyak perasaan yang tidak mengenakan, impian yang diinginkan, rencana masa depan, ketakutan akan kegagalan, dan hal lain yang tidak terlihat atau belum terjadi dan hanya menyimpannya untuk diri sendiri. 

Berbagai alasan yang mendasari hal tersebut yaitu karena takut mengecewakan orang yang disayang, takut mimpi yang dibicarakannya tidak terwujud, takut kegagalannya akan ditertawakan, takut diremehkan orang lain, dan merasa bahwa semua hal itu merupakan tanggungjawab dirinya sendiri. Apapun hasilnya, dirinya sendirilah yang harus menerimanya, bukan orang lain.

Latar belakang tersebutlah yang biasanya menjadi sumber kecemasan terbesar atau stimulus stress yang paling berpengaruh pada individu pada tahap peralihan menuju dewasa. Ditambah dengan adanya stereotip bahwa orang dewasa harus senantiasa terlihat bijaksana, tidak membebani orang lain, dan mandiri, hal tersebut menambah perasaan bahwa menjadi dewasa berarti benar-benar 'sendirian'.

Sebagian individu mungkin menilai bahwa orang dewasa berarti sendirian tidaklah tepat, mereka tetap berbagi pengalaman apapun kepada orang lain dilingkungannya demi mendapat pertolongan atau bantuan atau sekedar teman untuk berkembang. Namun, sebagian yang lain yang menilai bahwa orang dewasa berarti sendirian adalah ungkapan yang tepat, haruslah memiliki bekal yang cukup agar bisa bertahan dan berkembang dengan baik. 

Oleh karena itu, saya ingin merekomendasikan 3 buku yang menurut saya isinya merupakan bekal yang cukup berarti untuk bisa stand out dan bersahabat dengan kedewasaan.

  • 1. Mindset

Baca juga: Paradoks Kemudahan

Buku Mindset karya Prof. Carol S Dweck. Buku mindset akan membuat kita mengetahui 2 macam mindset yang umumnya ada pada diri individu, yakni growth mindset dan fixed mindset. 

Dengan mengetahui perbedaan growth dan fixed mindset harapannya seseorang dapat memutuskan untuk menekan pola pikir fixed dan berubah menjadi pola pikir growth. 

Growth mindset adalah pola pikir yang mengedepankan untuk menikmati proses dalam mencapai tujuan hidup, dengan pola pikir ini seseorang akan menempatkan ambisi untuk meraih tujuan berada dinomor urut kedua setelah menikmati proses, dengan begitu mereka yang menerapkan pola pikir ini tidak akan terbebani dengan ambisi untuk meraih pencapaian tanpa mengurangi usaha untuk meraih hal yang diinginkan, selain itu pola pikir growth akan menuntun individu untuk tidak menyerah ketika gagal serta berani untuk mencoba lagi dengan cara yang berbeda.

  • 2. Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin merupakan salah satu buku yang menginspirasi individu pada tahap pendewasaan diri yang sedang merasa kesepian dan takut akan hal yang belum terjadi bahwa mereka tidak sendirian. Semua orang merasakan perasaan tersebut meski dengan peristiwa, alasan, dan cerita yang berbeda. 

Di dalam buku ini terdapat banyak kalimat penyemangat yang tidak tertulis secara langsung dan beberapa kutipan religius yang akan membuat orang yang membacanya tersadarkan bahwa dirinya bukanlah satu-satunya orang yang sedang diuji dan dengan berharap serta berserah diri kepada Tuhan, segala beban menjadi orang dewasa dan rasa takut akan hal yang belum terjadi akan berkurang. Selain itu, tulisan didalam buku ini juga akan menyadarkan kita bahwa meskipun kita telah menjadi apa-apa, kita tetaplah bukan apa-apa. 

  • 3. Filosofi Teras

Filosofi Teras karya Henry Manampiring merupakan buku yang sangat fenomenal. Buku ini menceritakan tentang asal-usul Prinsip Kaum Stoa dan contoh konkrit penerapan prinsip Stoa Kuno pada zaman ini. 

Di dalam buku ini, kita akan belajar tentang pengahayatan tentang betapa dinamisnya hidup yang kita jalani didunia ini serta rahasia untuk mengontrol nasib, yakni dengan fokus pada hal yang bisa dikendalikan dan membiarkan hal yang tak bisa dikendalikan terjadi. 

Apapun hasilnya, hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dikendalikan, namun nasib menjadi orang gagal merupakan hal yang bisa kita kontrol, kita bisa memilih untuk terpuruk dalam kegagalan atau bangkit dari keterpurukan.

Waktu terus berjalan... Kita tidak bisa memohon pada Tuhan untuk tetap menjadi anak-anak dan berada didalam zona nyaman dan dilindungi oleh pengasuh kita. 

Oleh karena itu, kita harus memiliki bekal yang mumpuni agar kita bisa bertahan dan berjuang dalam menghadapi berbagai dinamika yang muncul pada tahap pendewasaan diri. Jangan biarkan diri kita terlena dengan kehidupan yang ada didunia dan hanya menunggu waktu untuk mati. 

Bercita-citalah untuk menjadi orang yang berarti setidaknya bagi diri kita sendiri dan orang tua yang telah melahirkan kita kedunia atau pengasuh yang suka rela membesarkan diri kita atau orang yang kita sayangi saat ini.

Menjadi dewasa bukanlah pilihan, oleh karena itu, hadapilah dengan baik.

Semangattts!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun