Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mahkotaku di Kepala, Bukan di Selangkangan!

12 November 2022   21:38 Diperbarui: 16 November 2022   20:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Kalo gue si jelas maunya yang masih perawan"

Seringkali diriku mendapatkan jawaban yang sama persis dari kalimat diatas ketika melakukan survei kecil-kecilan demi menambah wawasan pribadi. Atau kadangkala, kalimat tersebut terdengar tak sengaja saat sedang makan dikafe atau nongkrong bersama teman-teman.

Pertanyaan yang sama yang selalu singgah dalam kepalaku setelah mendengar kalimat tersebut adalah, 

'Kenapa?'

Kenapa perempuan seringkali pandang sebagai alat pemuas?

Saat sedang berselancar disosial media, kadangkala aku menemukan berita perceraian yang disebabkan oleh mempelai wanita yang ternyata sudah tidak perawan.

Lagi-lagi,

'Kenapa?'

Apakah tolok ukur berhasil atau tidaknya pernikahan adalah dari selangkangan yang berdarah?

Dan hal yang paling menyakitkan hati dari semua itu adalah kebanyakan yang berkata demikian adalah lelaki yang pernah atau bahkan sering melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan.

Pertanyaan yang sama kembali singgah dalam benakku,

'Kenapa?'

Apakah dengan menodai perempuan yang kau anggap sudah 'rusak' bukan sebuah kejahatan?

Saat diriku duduk dibangku kelas XI, saat sedang kerja kelompok dirumah temanku. Ayahnya menitip pesan kepada diriku dan yang lainnya 'Ayah mau bilang ke kalian, kalian itu ibarat bunga yang sedang mekar, kalian harus bisa menjaga diri, karena kalau bunga kalian sudah diambil orang, kalian tidak berharga lagi'

Saat itu aku tidak mengerti maksud perkataan Ayahnya temanku. Aku dan yang lainnya hanya mengiyakan perkataannya.

Selepas pulang kerumah, kalimat itu terngiang-ngiang dalam kepalaku

Aku merasa sangat terganggu dengan perkataan tersebut

Akupun memberanikan diri untuk bertanya kepada teman lelaki yang kebetulan ada didalam kelompok tersebut.

Setelah mendapatkan jawabannya, akhirnya aku memahami bahwa yang dimaksud dengan bunga yang sedang mekar adalah bibir, buah dada, dan kemaluan.

Seketika hatiku terasa tertubruk benda berat. sesak!

'Kenapa?'

Ada apa dengan selangkangan?

Kenapa keberhargaan perempuan hanya dinilai dari selangkangannya?

Kenapa label baik pada perempuan dinilai dari selangkangannya terlebih dahulu?

Kenapa pendapat perempuan selalu dinomorduakan karena selangkangannya?

Kenapa selangkangan perempuan seringkali dijadikan topik pembicaraan oleh lelaki?

Kenapa banyak lelaki yang menginginkan selangkangan 'suci' untuk pernikahannya tapi malah mengotori selangkangan 'suci' milik perempuan lain?

Kata kata lain yang sering kudengar atau kubaca adalah "Mahkotanya seorang perempuan itu ada diselangkangan"

AKU MUAK!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun