Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Begitu pentingnya pelajaran matematika bagi siswa, sehingga pelajaran ini menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan kepada siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah.Â
Salah satu contoh pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu banyaknya informasi dan gagasan yang disajikan dan disampaikan dengan bahasa matematika, seperti tabel, diagram, kurva dan lain sebagainya.
Selain itu, banyak juga masalah-masalah kehidupan yang dapat diselesaikan dengan menerapkan berbagai konsep, model dan rumus matematika. Sedangkan tujuan dari pelajaran matematika itu sendiri yaitu agar dapat membantu siswa dalam membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif dan sistematis.Â
Setiap anak atau peserta didik memiliki hak untuk mendapatkan dan memperoleh pelajaran matematika, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus memang memiliki kelainan fisik atau mental bila dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Namun mereka juga memiliki hak yang sama dalam hal pemenuhan pendidikan dan pembelajaran mereka.Â
Dalam sistem pendidikan inklusif dijelaskan bahwa pendidikan atau sekolah harus mampu memberikan kesempatan yang sama kepada anak yang memiliki kelainan fisik dan mental dalam belajar dan mengasah kemampuan yang mereka miliki.
Pendidikan inklusif sendiri diorientasikan pada terciptanya pendidikan yang terbuka dan tidak diskriminatif. Selain itu pendidikan inklusif juga harus mampu merubah paradigma masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.Â
Kebanyakan dari masyarakat masih menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang berbeda dari anak normal pada umunya, makanya dalam hal pemenuhan pendidikan dan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus harus dipisahkan dari siswa reguler.
Pendidikan inklusif menjadi mediasi bagi terlaksananya pembelajaran yang terbuka dan tidak diskriminatif, dimana antara anak berkebutuhan khusus dan anak normal bisa belajar bersama di kelas reguler tanpa membedakan latar belakang dan kelainan fisik dan mental.Â
Begitu halnya dengan pelajaran matematika, pelajaran ini juga harus terbuka dan tidak membeda-bedakan siswa dari latar belakang dan kelainan mental yang mereka miliki.
Pelajaran matematika memang tidak mudah dipahami oleh siswa, terutama mungkin bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Namun guru tetap harus mengajarkan dan membimbing siswa dalam rangka menembangkan kemampuan berpikirnya.Â
Ada beberapa alasan mengapa matematika harus diajarkan kepada siswa, baik siswa normal maupun siswa yang memiliki kebutuhan khusus, yaitu a) matematika mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, b) matematika mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, kritis dan sistematis, c) matematika mengajarkan anak disiplin dan bertanggungjawab, dan d) matematika mengajarkan siswa dalam mengambil keputusan.
Hal itulah kemudian yang menjadi alasan mengapa pentingnya belajar matematika bagi anak berkebutuhan khsusus. Anak berkebutuhan khusus sama dengan anak atau siswa pada umumnya, mereka memiliki kehidupan dan aktivitas dengan masyarakat luas.Â
Belajar matematika dapat membantu dan melatih anak berkebutuhan khusus dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu, belajar matematika dapat melatih kerja otak agar dapat berpikir logis dan dapat mengembangangkan kreativitasan anak. Anak yang dapat mengembangakan kreativitasannya akan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Proses pembelajaran matematika terhadap anak berkebutuhan khsusus tentunya berbeda dengan anak normal pada umumnya. Proses belajar anak berkebutuhan khusus harus didampingi oleh guru pendamping khusus (GPK), jadi selain anak diikut sertakan dalam kelas reguler bersama anak normal lainnya, mereka juga diberikan waktu khusus atau tambahan untuk belajar bersama guru pendamping khusus (GPK). Hal itu dilakukan dalam rangka mempercepat proses belajar dn pemahaman anak berkebutuhan khusus agar tidak tertinggal dari siswa normal lainnya.
Dalam proses pembelajaran matematika tentunya guru harus kreatif dan inovatif dalam mengajarkan materi yang akan disampaikan kepada siswa, hal itu dikarenakan matematika merupakan pelajaran yang abstrak dan penuh dengan rumus-rumus yang sulit dipahami oleh anak, khsusunya siswa berkebutuhan khusus.Â
Pendakatan dan model pembelajaran yang menarik dan kontekstual perlu diterapkan oleh guru dalam mengajar siswa yang memiliki kebutuhan khsusus.
Guru bisa mengaitkan matematika dengan benda-benda kongkrit yang bisa dimengerti oleh siswa berkebutuhan khusus. Misalnya guru menjelaskan konsep perkalian dengan ilustrasi buah-buahan dengan menunjukkan banyaknya buah yang dikalikan.Â
Atau bisa juga guru menjelaskan konsep perkalian dengan konsep jumlahan berulang dan sebagainya. Hal itu akan sedikit banyak membantu siswa berkebutuhan khusus dalam memahami materi yang disampaikan.
Konsep-konsep matematika yang mereka pelajari akan sangat membantu dalam menelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan nyata, khususnya yang ada kaitannya dengan pelajaran matematika.Â
Adapun proses pembelajaran matematika terhadap anak berkebutuhan khusus yaitu: 1) mendeskripsikan kemampuan siswa berkebutuhan khsusus, khususnya pada matematika, 2) menanamkan konsep matematika kepada siswa, 3) memanipulasi konsep matematika dengan benda atau objek nyata, 4) mengalihkan ke simbol, 5) mengkomunikasikan dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H