Mohon tunggu...
Faisal Isnan
Faisal Isnan Mohon Tunggu... Pendidik -

Peace of mind

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Agama, Berjuta Ekspresi Budaya

4 Juli 2016   12:50 Diperbarui: 4 Juli 2016   12:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum lebaran tiba, umat Islam melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Dalam konteks ini juga ditemukan fenomena menarik dalam istilah “buka puasa”. Makna “buka puasa” agak aneh karena justru menjadi “penutup” puasa (setelah seharian berpuasa), karena makna “buka puasa” berarti mengakhiri puasa. Puasa justru “dibuka” dengan makan sahur menjelang fajar. Sekali lagi, tidak perlu dipusingkan dalam memahami istilah-istilah ini, karena yang penting istilah ini efektif digunakan dalam berbahasa di masyarakat sebagaimana ajaran mazhab deskriptif (lawan dari preskriptif) dalam teori bahasa.

Umat Islam di negeri ini kaya dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan, lantaran mayoritas penduduk di negeri ini beragama Islam, bahkan terbesar di dunia. Puasa di bulan Ramadan dengan segala rangkaian ibadahnya sangat semarak dan penuh syiar setiap tahunnya. Di kota pelajar, seperti di Yogyakarta, para mahasiswa yang jauh dari keluarga seringkali memanfaatkan momentum bulan puasa untuk “berburu” kajian-kajian menjelang berbuka puasa dan demi memperoleh takjil gratis. Bahkan sampai Ramadan tahun ini penulis seringkali termasuk dalam gerakan “para pencari takjil” (PPT) ini dengan cara “bersafari” dari masjid satu ke masjid yang lain.

Ketika malam Idul Fitri tiba, sebagian besar masyarakat bertumpah ruah ke jalan untuk melakukan tradisi takbir keliling. Biasanya setiap daerah mengadakan perlombaan takbir keliling sebagai wujud syiar keagamaan bahwa esok hari umat Islam akan merayakan hari besarnya. ketika Idul Fitri tiba, setelah melaksanakan salat id di tanah lapang maupaun di masjid, biasanya para umat Islam berkunjung ke rumah tetangga, kerabat, dan sanak keluarga untuk saling bermaaf-maafan. 

Saling bermaaf-maafan ini memang tidak diharuskan hanya saat lebaran tiba, namun momentumnya yang mengharuskan mereka untuk saling memaafkan sekaligus mendoakan satu sama lain sebagai bukti mereka telah meraih kemenangan. Dalam tradisi kota disebut “open house”, syawalan, atau halal bi halal (tidak ada dalam istilah bahasa Arab) yang kerap dilakukan oleh para pejabat, tokoh masyarakat, maupun instansi tertentu. Sekali lagi, budaya ini hanya dapat ditemukan di Indonesia. Satu agama (Islam) dengan berjuta ekspresi budaya yang diwujudkan!

Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 H.

Taqobbalallahu minna waminkum.

Mohon maaf lahir dan batin.

Faisal Isnan

Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

(Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) dan
Anggota Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah
Daerah Istimewa Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun