Mohon tunggu...
Imma Soekoto
Imma Soekoto Mohon Tunggu... Freelancer - penerjemah, penulis,

Panggil saya Imma. Saya menikmati jalan kaki pagi dan minum kopi sambil mengkhayal dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diet

26 September 2023   18:20 Diperbarui: 26 September 2023   18:34 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Atau seperti kata suamiku ketika aku hamil enam bulan : “Ngga, honey, kau ngga gemuk,” katanya menghibur ketika aku mulai ribut dengan penampilanku.  “kau … mmhh… glowing !” tambahnya.

Bagaimana aku tidak glowing, berat badanku bertambah enam kilogram, aku jadi gemuk sekali sehingga mudah berkeringat. Itu lah yang membuat pipiku berkilap seperti lampu kristal baru digosok.

Aku juga jadi tak senang pesta. Karena pesta artinya makan banyak dan enak, itu menurut suamiku. Aku dulu juga punya pikiran begitu. Tetapi sekarang, pesta artinya lemak, dan kalori! Sialnya, tak ada pesta atau kumpul-kumpul yang dapat kami hindarkan. Karena bagi kami, clubbing itu networking. Begitu absen satu kali, satu kali juga kesempatan bisnis hilang.

Malam ini giliran kami mengundang teman-teman. Makanan non lemak yang kupesan tertutup dengan makanan full lemak yang dibawa teman-teman. Tetapi aku boleh tenang ketika temanku yang sudah berhasil melunturkan lemaknya itu berkata bahwa aku boleh menelan dua butir pil kekuningan itu sekaligus bila diperlukan.

Begitu teman-teman pulang, aku duduk di meja makan dengan segelas air putih dan dua butir pil kuning.  Di hadapanku masih berserakan piring-piring berisi sisa makan yang belum sempat kusingkirkan. Aku segera memasukkan dua butir pil sakti itu dan menyiramnya dengan air putih.

Karena aku menelannya sekaligus dua, pil-pil itu tak mau langsung meluncur ke perutku. Keduanya tampak berlama-lama berada di kerongkonganku. Kuhabiskan air putihku, namun mereka tak mau bergerak juga. Kuambil sesuatu yang lebih padat, mungkin bisa mendesak pil-pil bandel itu. Kumasukkan sepotong tart coklat, kukunyah dan kutelan. Itu tak banyak membantu. Tambah lagi. Kali ini kue sus besar, hanya itu yang ada di depanku, tidak ada pilihan!. Ternyata potongan lunak itu agak menolong. Kemudian aku minum lagi, kali ini setengah gelas punch yang tersisa milikku tadi. Namun aku masih merasakan ada yang mengganjal dalam saluran makananku. Dadaku merasa tak enak.

“Susu!” kata suamiku yang datang membantu. Lagi-lagi, hanya itu yang ada di dalam lemari es.

Begitu segelas susu kuteguk habis, aku baru merasa lebih nyaman. Tetapi tiba-tiba aku bersendawa panjang, karena merasa sangat, sangat, sangaaaaa….t kenyang.

                  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun