“Aku masuk tahun 2007. Bareng kamu.”
“Hah? Masak sih?”
“Iya, benar. Aku lihat, kok, kamu waktu bawa bendera fakultasmu waktu ospek itu.”
Dada Nandes kembang kempis. Tak disangka Marina malah mengingatnya lebih dahulu, daripada ia mengingatnya. Mungkinkah Marina itu merupakan belahan jiwanya? Soulmate-nya? Lalu, tiba-tiba saja ia ingat sesuatu. Sesuatu di masa lampau yang belum mendapatkan jawabannya dari Marina. Sebulan sebelum Ebtanas, ia pernah tak sengaja menembak Marina. Namun saat itu, Marina belum memberikan jawabannya, bahkan hingga di saat terakhirnya bertemu Marina. Mungkin inilah saat yang tepat. Nandes tak boleh menundanya lagi. Ia harus mendesak Marina untuk memberikan jawabannya.
Dengan hati-hati, Nandes berkata, “Oya, soal pertanyaan itu gimana? Itu lho, yang waktu aku bilang suka sama kamu. Kamu kan belum kasih jawabannya. Jadi gimana?” Kini Nandes yang dag-dig-dug jantungnya.
Marina tersenyum. “Dua jam lagi, setelah acara ini selesai, temui aku yah di kantin Cenderawasih.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI