Aktivitas pertambangan kobalt Kongo telah menyebabkan sebanyak dua ribu pekerja meninggal dunia setiap tahun. Kematian pekerja tersebut disebabkan oleh terpapar penyakit pernapasan, infeksi kulit, serta kecelakaan dalam bekerja. Akan tetapi, perusahaan pertambangan kobalt Kongo tidak mau mengakui dan enggan bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Akibatnya, keberlangsungan hidup rakyat Kongo terancam bahkan tragis. Â
      Pertambangan kobalt menunjukkan fenomena ketidakadilan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan. Perusahaan multinasional serta pemerintah asing diduga menjadi aktor utama fenomena tersebut. Walaupun Kongo memiliki kekayaan alam, tetapi keuntungan lebih banyak diraih oleh perusahaan multinasional maupun pemerintah asing. Kurangnya kapabilitas pemerintah Kongo dalam mengolah pertambangan kobalt turut mendorong terciptanya kemiskinan serta ketidakpastian ekonomi domestik. Teori nilai surplus marxisme berfokus pada keuntungan nilai ekonomi justru diraih pemilik modal, sedangkan para pekerja mengalami kerugian. Oleh sebab itu, pertambangan kobalt negara Kongo sangat membuktikan eksploitasi hanya menguntungkan perusahaan multinasional dan pemerintah asing.
      Salah satu perusahaan multinasional yang memiliki peranan sentral dalam produksi kobalt Kongo ialah Congo DongFang International Mining (CDM). CDM adalah sub bagian dari sebuah perusahaan industri tambang raksasa asal Tiongkok bernama Zhejiang Huayou Cobalt. Perusahaan CDM berperan vital mulai dari proses ekstraksi hingga distribusi pasokan kobalt Kongo. CDM diduga telah melakukan eksploitasi pertambangan kobalt negara Kongo demi memenuhi industri baterai Li-ion dunia. Selain CDM, perusahaan multinasional lain seperti Samsung SDI, LG Chem, dan Tianjin Lishen Battery Co juga memanfaatkan sumber daya alam kobalt di Kongo.
      Pemerintah Tiongkok diduga sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam eksploitasi kobalt Kongo. Keterlibatan pemerintah Tiongkok dilihat melalui eksistensi perusahaan multinasional CDM. Tiongkok sebagai pemerintah asing diduga melibatkan kepentingan politik serta ekonomi terhadap pertambangan kobalt Kongo. Akan tetapi, Tiongkok bukan satu-satunya pemerintah asing yang berproduksi di Kongo. Terdapat pemerintah asing lain seperti Korea Selatan dalam pengelolaan kobalt Kongo. Keterlibatan pemerintah Korea Selatan dibuktikan dengan kehadiran dan aktivitas operasional perusahaan Samsung SDI dan LG Chem di Kongo.  Â
Daftar PustakaÂ
Lutfiandi, Fathan., Shalsabila Aurelia., Irwansyah. (2023). Analisis Marxisme dalam Hubungan Internasional Terhadap Eksploitasi Sumber Daya Alam: Kasus Pertambangan Kobalt di Kongo. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. https://www.researchgate.net/publication/376477806_Analisis_Marxisme_Dalam_Hubungan_Internasional_Terhadap_Eksploitasi_Sumber_Daya_Alam_Kasus_Pertambangan_Kobalt_di_Kongo. [Diakses 6 Maret 2024].
Nurikhtiar, Arhama., Anmita Intan Fatimah., Nurul Annisa. (2023). Permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Percepatan Teknologi Lingkungan di Kongo. Jurnal Pena Wiyama. 3(1). http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jpw/article/view/8381/5079. [Diakses 6 Maret 2024].
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI