Sebagai contoh, dalam kasus Suap Meikarta, bukti mens rea diperoleh melalui percakapan WhatsApp yang mengungkap niat para pejabat untuk menerima suap.
2. Kecerdasan Buatan (AI) untuk Analisis Data Hukum
AI dapat membantu mengidentifikasi pola yang menunjukkan actus reus dan mens rea dalam dataset besar. Dengan algoritma pembelajaran mesin, sistem ini dapat mendeteksi anomali dalam laporan keuangan atau aktivitas transaksi mencurigakan.
3. Big Data untuk Pencegahan Korupsi
Big data memungkinkan analisis prediktif untuk mengidentifikasi potensi korupsi sebelum terjadi. Sistem ini dapat memantau anggaran pemerintah dan mengidentifikasi penyimpangan berdasarkan pola sebelumnya.
IX. Peran Masyarakat dalam Mengidentifikasi Actus Reus dan Mens Rea
Pemberantasan korupsi tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Dalam konteks actus reus dan mens rea, masyarakat memiliki peran penting dalam:
- Pelaporan Dugaan Tindak Pidana: Masyarakat dapat melaporkan dugaan actus reus melalui platform seperti KPK Whistleblower System (KWS).
- Tekanan Sosial terhadap Pelaku: Kritik publik dapat memengaruhi pengadilan untuk lebih serius dalam membuktikan mens rea.
Sebagai contoh, dalam kasus Bansos COVID-19, tekanan masyarakat menyebabkan pengadilan mempercepat proses pembuktian dan penjatuhan hukuman kepada Juliari Batubara.
X. Studi Kasus Korupsi Korporasi di Indonesia: PT Duta Graha Indah (PT DGI)
Korupsi korporasi merupakan salah satu tantangan besar dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah kasus PT Duta Graha Indah (PT DGI) yang melibatkan korporasi sebagai pelaku kejahatan. Kasus ini menunjukkan bagaimana konsep actus reus dan mens rea diterapkan dalam penindakan korupsi korporasi dengan kekuatan hukum tetap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
1. Latar Belakang Kasus