Jo menganggap bahwa seorang perempuan tidak harus menikah dan tidak harus memiliki anak. Tidak sampai di situ, Â Jo March bahkan menyatakan bahwa menjadi seorang istri adalah hal yang terburuk bagi seorang perempuan.Â
Hal ini dapat kita lihat pada scene persiapan pernikahan Meg dan John Brooke. Jo mengatakan bahwa Meg bisa menjadi seorang aktris dibandingkan menikah dengan Brooke. Jo bahkan mengajak Meg untuk kabur yang tentu saja ditolak oleh kakak pertamanya itu. Â
Hal yang sama juga terlihat saat Jo menolak pernyataan cinta dari teman masa kecilnya, Laurie.Â
Idealisme dari Jo ini hampir menyerupai pemahaman feminisme radikal libertarian. Tong (2018, h. 46) menjelaskan feminisme radikal libertarian ingin menghapus peran perempuan seperti menjadi seorang ibu, partner seksual, dan lain sebagainya. Perempuan bisa memiliki sifat feminim dan maskulin.Â
Jo sendiri memilih menjadi seorang penulis. Pekerjaan yang pada masa itu masih didominasi oleh laki-laki. Karyanya sudah berkali-kali ditolak oleh pihak penerbit dan kritikus. Bahkan ketika karyanya akan dipublikasikan, pihak penerbit, Mr. Dashwood memberikan tawaran royalti yang rendah untuknya.Â
Perempuan dan Kasih SayangÂ
Di balik tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh keempat bersaudara. Film ini mengingatkan kita kembali tentang bagaimana kehadiran kita dapat mengisi kekosongan di hati orang lain.Â
Sejak meninggalnya Beth March, Jo mulai menyadari betapa kesepian dirinya. Ia selalu menolak orang lain (khususnya laki-laki) untuk membantu dirinya.Â
Hal ini ia refleksikan kepada ibunya bahwa cinta dari seorang laki-laki bukanlah satu-satunya yang dibutuhkan oleh perempuan. Hal ini karena perempuan memiliki jiwa, raga, dan pikiran yang dapat membantu mereka melakukan apa pun.Â
Selain itu, film ini menunjukkan bahwa tidak ada peran perempuan yang salah. Mereka bisa menjadi apapun yang mereka mau. Perempuan boleh membentuk keluarga seperti Meg atau menjadi pribadi independen seperti Jo, atau menjadi seorang artis dan juga memiliki teman hidup seperti Amy dan Laurie.Â
Akhirnya, Jo mewujudkan impiannya akan kesempatan yang sama dengan mendirikan sebuah sekolah bagi anak perempuan dan laki-laki.Â