Mohon tunggu...
Immanuella Devina
Immanuella Devina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, UAJY

Communers'19 be a voice, not an echo.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

"Beyond Blogging" di Tengah Pandemi

8 Maret 2021   22:56 Diperbarui: 8 Maret 2021   22:58 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPASIANA---Beyond Blogging

"Eh, jangan lupa ya minggu ini kita ada tugas Kompasiana!"

"Tulisan si A jadi Headline,lho! Keren banget!"

" Eh, ada yang belum divalidasi akunnya?"

Setidaknya begitulah keadaan roomchat saya sebagai mahasiswa pada semester genap ini. Walaupun sudah kenal Kompasiana sejak lama tetapi ini pertama kalinya berinteraksi dengan platform keren ini. Ternyata ada banyak artikel yang dipublikasikan di platform ini dan sangat beragam. 

Setiap harinya ada saja info menarik dan unik yang diberikan dari Kompasianer. Saat itu sembari membaca artikel-artikel, saya teringat dan melihat logo kompasiana dengan "Beyond Blogging." Saya pikir, kini Kompasiana berhasil mewujudkan kalimat tersebut.
Eh, gimana maksudnya?

Yuk lihat penjelasannya dengan Circuit of Culture!

Makna terbentuk dari interaksi teks dan audiens. Pembentukan makna adalah proses dinamis dari elemen-elemen yang ada secara seimbang. Ketika teks dan audiens terikat dengan budaya, maka interaksi di keduanya lancar dan tanpa usaha. (Fiske, 2002, h.164)

PENCARIAN MAKNA DENGAN CIRCUIT OF CULTURE! 

Circuit Of Culture adalah sebuah model berpikir yang dibentuk dan dikembangkan oleh Stuart Hall. Circuit of Culture membantu kita untuk mengetahui makna suatu budaya. Terdapat lima elemen yang harus diperhatikan, yaitu regulasi, produksi, konsumsi, representasi, dan identitas Kita dapat menganalisis budaya dari elemen manapun dan tidak harus berurutan. Hal ini dikarenakan tiap elemen saling berimplikasi dalam memproduksi makna. Semua elemen berkesinambungan dan berkaitan (Curtin & Gaither, dalam Mardatilah & Perdana, 2018, h. 29).

circuit of culture oleh Stuart Hall 
circuit of culture oleh Stuart Hall 

Model berpikir ini digunakan untuk budaya yang ada di sektiar kita. Budaya itu tidak melulu soal hal tradisional, lho ya... Budaya adalah tentang ide yang diwujudkan melalui tindakan dan menghasilkan artefak yang dapat dilihat. Nah, pada era digital ini ada banyak artefak-artefak yang lahir berupa platform, media sosial, aplikasi, dan sebagainya termasuk Kompasiana.

Nah, untuk menganalisis Kompasiana sebaga wujud artefak budaya di fase digital, saya mencoba menjelaskannya  dengan elemen  identitas dan representasi. Identitas artinya adalah makna yang dibentuk oleh orang untuk merepresentasikan sesuatu, merk, produk, bahkan orang. Menurut Woodward (1997), identitas memberitahukan tentang posisi kita dalam masyarakat dan bagaimana kita berelasi dengan dunia di tempat kita tinggal ( Curtin & Gaither, 2007, h.169). Identitas dibentuk berdasarkan karakteristik, nilai, serta makna dibaliknya.

Selanjutnya, representasi adalah dimana makna dibentuk dan dikonstruksi dari audiens yang mengkonsumsi suatu hal (Curtin & Gaither, 2007). Orang-orang merepresentasikannya atau memberi makna dengan memiliki pengalaman dengan hal tersebut. Representasi itu diwujudkan dalam bahasa. Melalui bahasa, orang dapat merepresentasikan apapun dengan memberi ide, perasaan, dan sebagainya.

SEKILAS TENTANG KOMPASIANA 

Kompasiana hadir pada era digital dimana masyarakat terikat dengan dunia. Dikutip dari website resmi Kompasiana, Kompasiana ini adalah bagian dari Kompas Gramedia (KG) yang juga mengelola Harian Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV. Platform blog ini dikembangkan oleh Kompas Cyber Media  sejak 22 Oktober 2008. Kompasiana dulu bersifat eksklusif hanya untuk jurnalis Kompas tetapi sekarang sudah menjadi media bagi siapapun. Kompasiana merupakan wadah bagi para pengguna internet untuk membagikan konten, seperti artikel , foto, video atau komentar. Konten yang disajikan cukup beragam karena berasal dari pengguna internet, seperti reportase warga, opini, sampai sastra.  Lalu, konten-konten tersebut dimoderasi setiap saat untuk memastikan bahwa tidak ada konten yang melanggar syarat dan ketentuan.

Slogan terkini yang dicanangkan oleh Kompasiana adalah "Beyond Blogging" atau dapat diartikan "bukan sekedar ngeblog." Slogan ini berusaha menyatakan bahwa Kompasiana adalah produk media sosial yang menjadi wadah berita dan opini masyarakat. Kompasiana juga menjadi penghubung banyak produk ataupun institusi untuk saling berinteraksi. Nah, "Beyond Blogging" ini adalah identitas yang dimaksud dalam circuit of culture. Identitas yang dipilih dan ditentukan oleh Kompasiana. Kompasiana terus bergerak menjadi wadah yang bukan sekedar menulis blog saja. 

WUJUD "BEYOND BLOGGING" DI TENGAH PANDEMI 

ilustrasi aktivitas di tengah pandemi (Sumber: ALEKSANDR KHMELIOV/SHUTTERSTOCK ) 
ilustrasi aktivitas di tengah pandemi (Sumber: ALEKSANDR KHMELIOV/SHUTTERSTOCK ) 

Selanjutnya, setelah membentuk identitas tersebut, apakah Kompasiana berhasil dikenal demikian? Saya pribadi berpendapat bahwa kompasiana memang "Beyond Blogging." Saya melihat bahwa ada banyak hal yang bisa didapatkan para kompasioner---penulis di Kompasiana dengan berinteraksi di media ini. Kita bisa mendapatkan insight dari siapapun dengan latar belakang yang berbeda. Namun, lebih dari itu, sekarang identitas itu makin nampak dengan banyaknya artikel-artikel yang ditulis oleh anak muda, khususnya mahasiswa.

Sejak Pandemi Covid-19 ini, banyak sekali pelajar, mahasiswa, dosen, guru, dan tenaga pendidik lainnya yang menjadikan Kompasiana menjadi wadah untuk akselerasi diri. Kompasiana menjadi wadah mahasiswa untuk bisa menjelaskan realitas di sekitar mereka dengan ilmu yang mereka pelajari. Selain itu, Kompasiana juga menjadi wadah rekreasi bagi mereka yang ingin sekedar sharing film/drama kesukaan, opini, kehidupan kuliah, atau bahkan curhat (Rhamdhani, 2021). Ini menunjukkan adanya identitas baru dari konsumsi atau penggunaan Kompasiana.

Nah, ini menunjukkan salah satu elemen dari Circuit of Culture juga yaitu representasi. Representasi tentang Kompasiana sebagai wadah anak mud aini terbentuk dari relasi anak muda sendiri dengan Kompasiana. Saat kita mengingat Kompasiana, tidak hanya tentang "Beyond Blogging"  tetapi juga tentang anak muda dan kisah mereka.  Kompasiana sebagai wadah "Anak Muda."  kini memunculkan kategori untuk anak muda, yaitu LYFE! dengan sub-kategori berupa entrepreneur, love, foodie, viral, worklife,  dan diary (Rhamdhani, 2021).

Itu dia penjelasan serta opini saya tentang kehadiran Kompasiana dengan "Beyond Blogging" nya. Bagaimana pendapatmu? 

DAFTAR PUSTAKA

Fiske, J. (2002). Introduction To Communication Studies (Edisi ke-2). London: Routledge

Mardatilah, W. G. & Perdana, A. S. D. (2018). 'Ada Aqua' Campaign And The Risk Of Dehydrate Circuit-Of-Culture Model. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1). 27-37

Rhamdhani, H. (2021, Januari 10). Kompasiana luncurkan kategori buat anak muda. Kompas.com. Diakses pada 8 Maret 2021 dari https://money.kompas.com/read/2021/01/10/080800026/kompasiana-luncurkan-kategori-buat-anak-muda?page=all

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun