Mohon tunggu...
Imka PramustikaPutri
Imka PramustikaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - masih mahasiswi

Hallo Saya imka saya disini untuk tugas. hhehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

7 Juli 2022   11:42 Diperbarui: 7 Juli 2022   12:09 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

 Hallo generasi muda penerus bangsa,

Khusus nya para mahasiswa, pernah ga sih kepikiran gimana perkebangan atau sejarah ejaan Bahasa Indonesia?,

Ya ejaan yang Bahasa Indonesia yang sering kita gunakan untuk ngerjain tugas-tugas kuliah dan skripsi ternyata ada sejarahnya juga lohh...

Coba bandingkan dengan dulu, kalau kalian hafal teks proklamasi,

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja."

Pasti membingungkan kan dengan ejaan seperti itu?, seperti kata "menjatakan" yang dibaca "menyatakan". Atau "kekoeasaan" yang dibaca "kekuasaan". Dan "tjara" yang dibaca "cara. Ya itu lah ejeaan Bahasa Indonesia yang berlaku pada saat itu.

Dan berikut rangkuman perkembangan ejaan Bahasa Indonesia:

A. Ejaan Van Ophuysen 

(Pada tahun 1901-1947)

Charles Adriaan Van Ophuijsen adalah tokoh yang paling awal merancang ejaan Bahasa Indonesia. Beliau dibantu oleh Engku Nawawi yang bergelar Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Ejaan yang pertama kali dibuat pada tahun 1901 dalam bentuk ejaan resmi Bahasa melayu, yang dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Pembuatan ejaan ini didasarkan pada niat pemerintah kolonial Belanda untuk mempersatukan keberagaman budaya dan Bahasa yang ada diNusantara.

Penulisan ejaan Bahasa melayu ini menggunakan huruf Jawi atau arab gundul. Namun para sarjana Belanda menilai penulisan ini tidak cocok karena penulisan huruf vocal e,i, dan o ditulis sama seperti kata yang ada huruf vocal a dan u. Adapun ciri lain ejaan Van Ophuysen adalah:

  • Huruf i untuk akhiran harus disuara kan tersendiri. Contohnya "santai" dibaca "santay".
  • Huruf j dibaca y. Contohnya "ja, dan jakin" dibaca "ya dan yakin".
  • Huruf oe dibaca u. Contohnya "kekoesaan" dibaca "kekuasaan".
  • Huruf tj dibaca c. Contohnya "tjiri" dibaca "ciri".
  • Huruf ch dibaca kh. Contohnya "chusus" dibaca "khusus".
  • Tanda koma ain "'" untuk menuliskan kata kata seperti "Bapa'" bukan seperti ejaan seperti sekarang yang kita kenal ditulis dengan "Bapak".

Meski sangat berguna pada masa nya, tapi ejaan ini mengalami penolakan. Van Ophuijsen dituding sebagai seseorang yang telah menggusur bentuk Bahasa melayu lainya. Namun pada ejaan Bahasa Indonesia masa sekarang beberapa masih mengadopsi ejaan dan Van Ophuijsen ini seperti kata "santai" yang dibaca "santay".

Buku-buku yang diterbitkan menggunakan ejaan Van Ophuijsen ini antara lain berjudul Siti Nurbaya dan Salah Asuhan. Yang diterbitkan oleh Commissie Voor De Volkslectuur.

B. Ejaan Soewandi

(Pada tahun 1947-1972)

Tepat pada tanggal 19 maret 1947 pemerintah melalui Mentri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Raden Soewandi, mengganti ejaan Van Ophuijsen dengan ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi ini juga dikenal sebagai ejaan Republik yang pada saat itu mencerminkan semangat kemerdekaan Bangsa Indonesia setelah merdeka 2 tahun lalu pada 17 Agustus 1945.

Ciri yang paling menonjol dari ejaan Soewandi ini adalah:

  • Huruf oe diganti menjadi u, seperti yang kita kenal pada ejaan sekarang. Contohnya "kekuasaan" yang tetap ditulis dengan "kekuasaan".
  • Kata yang berulang ditulis dengan angka 2. Contohnya "main-main" ditulis "main2".
  • Kata koma ain ditulis kan dengan huruf k. Contohnya "Bapa'" ditulis dalam ejaan ini menjadi "Bapak".
  • Awalan kata di disambung menjadi satu kata. Contohnya "dikamar".

Sama halnya dengan ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi pun tetap mendapatkan penolakan dari beberapa kalangan. Terutama mereka yang memiliki nama dengan ejaan oe itu sendiri.

C. Ejaan Pembaharuan

(Pada tahun 1957)

Berlatar belakang dari rasa keprihatinan terhadap kondisi Bahasa Indonesia, Yamin Mentri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada saat itu, membentuk Kongres Bahasa Indonesia ke-2 pada tahun 1954 yang diadakan di Medan. Hal yang dibahas pada Kongres tersebut salah satunya adalah tentang ejaan Bahasa Indonesia. Kongres tersebut diharapkan dapat membuat ejaan Bahasa Indonesia yang tepat dan kukuh. Juga ejaan yang bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun ciri-ciri ejaan ini:

  • Melakukan penyederhanaan ny menjadi j. Contohnya "menyapu" ditulis menjadi "mejapu".
  • Tanda koma ain "'" kembali digunakan. Contohnya untuk kata "Bapa'".
  • Kata "mengapa" ditulis menjadi "menapa".

Namun ejaan inipun tidak diresmikan, namun ejaan ini berperan sebagai cikal bakal ejaan EyD.

D. Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)

(Pada tahun 1959)

Berawal dari kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957, Indonesia dan Malaysia membicaraan ejaan bersama pada tahun 1959. Selain Malaysia pembahasan ejaan ini juga melibatkan negara-negara tetangga lain seperti Singapure dan Brunai Darusalam. Namun karena berada pada pihak lain Indonesia memihak ke Moskow-Peking-Pyongyang, sementara Malaysia ke Inggris, pembicaraan ini ditangguhkan.

Alasan lain adalah beberapa kata dianggap tidak sesuai dan cenderung sulit dibaca dan dianggap aneh. Contonya "cabai" yang ditulis "cabay" dan "menyapa" ditulis "menapa".

E. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

(Pada tahun 1967)

LBK sendiri adalah Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, pendahulu Pusat Bahasa. Ejaan ini adalah terusan dari ejaan Melindo. Perbedaan nya hanya dalam kaidah-kaidahnya saja. Contohnya ejaan melindo "pelajar" ditulis "peladjar".

Ejaan inipun banyak mendapatkan penolakan dari publik karena dianggap menjiplak ejaan Malaysia. Serta kebutuhan penggantian ejaan Bahasa Indonesia yang belum mendesak. Akhirnya ejaan inipun tidak diresmikan.

F. Ejaan yang Disempurnakan (EyD)

(Pada tahun 1972)

Awal mulai dilakukan pembahasan kembali ejaan bersama Malaysia adalah pada Mei 1966, diketuai oleh Anton Moeliono, Pendekar Bahasa Indonesia, setelah keadaan politik yang memanas telah mencair. Walaupun ejaan ini telah selesai dibuat pada tahun 1967 tapi tidak juga diresmikan karena isu politik.

Barulah pada tanggal 16 Agustus 1972 EyD diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang menjabat kala itu yakni Presiden Soeharto, dan terdapat dalam Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Sedangkan, diMalaysia sendiri ejaan ini bernama ERB (Ejaan Rumi Baru Bahasa Malaysia).

Adapun ciri ciri pada EyD adalah:

  • Huruf dj menjadi j. Contohnya "djadi" menjadi "jadi". Atau "Djakarta" menjadi "Jakarta".
  • Huruf nj menjadi ny. Contohnya "Njikat" menjadi "nyikat".
  • Huruf ch menjadi kh. Contohnya "charisma" menjadi "kharisma".

Tidak jauh dengan Ejaan pendahulunya EyD pun mengalami penolakandari publik, Eyd dianggap sebagai kekuasaan Presiden Soeharto yang dapat mempengaruhi pola piker masyarakatnya. Ejaan ini juga dianggap membuat generasi penerus bangsa menjadi malas membaca sejarah yang dengan ejaan nj,oe, cha, tj, dsb.

Lalu pada tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, lalu dibentuklah istilah resmi yang berlaku diseluruh Indonesia.

G. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

(Pada tahun 2009)

PUEBI ditetapkan berdasarkan Permendiknas No.46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Di sempurnakan. PUEBI adalah Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang kita gunakan hingga sekarang. Kita sebagai Mahasiswa dan penerus generasi bangsa wajib mempelajarinya dan mempergunakannya dalam penggunaan kehidupan sehari-hari.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Ejaan Bahasa Indonesia kerap kali di kaitkan dengan situasi politik bangsa Indonesia. Namun sebagai Mahasiswa yang terpelajar kita harus bijak dalam menanggapinya. Sejarah Panjang yang di torehkan para tokoh untuk merancang Ejaan Bahasa Indonesia menjadi panutan bagi kita generasi muda unntuk tetap mempelajarinya. Selain menerapkan EyD yang baik dan benar pada setiap tugas atau makalah yang kita buat, harus nya kita membaca pula buku - buku sejarah yang menggunakan ejaan lampau. Dan ingatlah "Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Tidak Melupakan Sejarah nya!!!"

Semangat untuk kita generasi muda dan penerus bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun