Tim Paslon 3 : “Paslon yang saya dukung tidak melakukan praktik politik uang. Saya lah yang memberi warga uang, karena kapasitas saya selaku anggota Dewan yang memberi ke konstituen saya.”
Tim Paslon 1 : “Silakan saja mau ambil tindakan hukum. Saya takutnya seperti orang yang menggoyang tongkat tapi yang terkena justru dahi sendiri.”
Aduhai, ramainya urusan politik uang. Saling lempar, tuduh dan mungkir, padahal warga semua tahu sapa saja yang melakukan praktik politik uang. Namun warga bungkam. Mereka terlalu cerdas untuk tampil ke depan sebagai pengungkap fakta, makanya mereka diam sambil berkata dalam hari, “rasakan, semua kami ambil uangnya, yang paling banyak memberi lah yang kami pilih.”
Panwaslu mana ?
Lembaga itu kan cuma tunggu bila ada yang melapor. Mereka bukan semacam Polisi Intel yang bergerak dinamis mencari bukti sendiri.
“Jika Panwaslu itu cuma menunggu laporan, bisa tiduran di rumah sambil mengingat kapan bisa ambil honor,” ujar Warga 1
“Kalau cuma begitu lebih tak usah ada yang namanya Panwaslu, buang-buang anggaran saja. Kita ingin Panwaslu itu kerjanya mencari bukti pelanggaran Pemilukada oleh para Paslon langsung ke tengah warga, sehingga hasilnya benar-benar faktal dan valid,” kata Warga 2.
“Idealnya memang begitu, Jika tidak, lebih baik urusan pengawasan pelaksanaan Pemilukada itu dilakukan oleh masing-masing warga saja secara sukarela,” usul Warga 3.
“Setuju !” seru Warga 4.
“Setuju untuk apa ?” tanya Warga 1.
“Setuju untuk tidak setuju terhadap usul itu,” seru Warga 4.