Meskipun memiliki banyak manfaat positif, halal bihalal juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah kesibukan dan mobilitas yang tinggi dalam kehidupan modern. Banyak orang sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya sehingga sulit untuk menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan tetangga.Â
Hal ini dapat mengurangi partisipasi dalam tradisi halal bihalal dan melemahkan hubungan sosial di antara tetangga. Selain itu, adanya perbedaan budaya dan agama juga dapat menjadi hambatan dalam menjaga keutuhan tradisi halal bihalal. Beberapa kelompok masyarakat mungkin memiliki tradisi atau kepercayaan yang berbeda dalam merayakan Idul Fitri dan halal bihalal, sehingga dapat menyebabkan ketegangan atau ketidaknyamanan dalam interaksi antar tetangga.
Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga keagamaan sangat penting. Pemerintah dapat memberikan dukungan dalam bentuk penyelenggaraan acara berskala besar atau memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam tradisi ini.Â
Sementara itu, lembaga keagamaan dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan-pesan damai dan toleransi dalam masyarakat. Dengan demikian, tradisi halal bihalal dapat terus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian integral dari identitas budaya sebagai bangsa Indonesia.
Sampai sekarang tradisi halal bihalal masih dilaksanakan untuk mempererat tali silahturahmi dan menjalankan sunah di hari raya idul Fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H