Mohon tunggu...
IMELDA DIAS
IMELDA DIAS Mohon Tunggu... Guru - Prodi pendidikan Ekonomi

Pendidikan Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pengembangan Pembangunan Sistem Kendaraan Bertenaga Listrik dengan Bahan Nikel di Indonesia

29 Maret 2024   21:25 Diperbarui: 29 Maret 2024   21:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Goodstats
Goodstats

Beruntung, Tanah Air ini diberkahi harta karun berupa hasil bumi ini. Indonesia menjadi pemilik cadangan nikel terbesar dunia. Berdasarkan Booklet Nikel 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih nikel RI mencapai 4,5 miliar ton.

Adapun sumber dayanya diperkirakan jauh lebih besar lagi, yakni 11,7 miliar ton. Sumber-sumber nikel itu 90 persen tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.

Menyadari gurihnya prospek pasar kendaraan listrik ke depan, Jokowi menyetop ekspor bijih nikel melalui program hilirisasi. Per Januari 2020, ia resmi melarang ekspor bijih nikel.

Pemanfaatan nikel saat ini:
69 persen stainless steel
11 persen baterai
7 persen paduan nonbesi
6 persen pelapis
3 persen paduan baja
2 persen pengecoran
2 persen lainnya

Sirclo
Sirclo

Lantas apa saja keunggulan baterai nikel dibandingkan baterai LFP? Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut beberapa keunggulan penggunaan nikel untuk mobil listrik, seperti baterai nikel berdensitas energi lebih tinggi. Hal ini berarti mobil listrik yang menggunakan baterai nikel dapat lebih tahan lama karena daya listriknya yang lebih tinggi.

"Nikel itu lebih energi dense. Bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga jadi mobil Tesla-nya bisa pergi lebih jauh sekali charge," kata Lutfi dalam unggahan video di akun TikTok pribadinya, dikutip Selasa (23/1/2024).

"Nikel itu lebih energi dense. Bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga jadi mobil Tesla-nya bisa pergi lebih jauh sekali charge," kata Lutfi dalam unggahan video di akun TikTok pribadinya, dikutip Selasa (23/1/2024).

Keunggulan itulah, menurut Lutfi, yang menyebabkan penggunaan baterai nikel masih lebih besar dibandingkan dengan LFP. Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA) mencatat penggunaan nikel tetap menjadi komponen baterai listrik terbesar dengan pangsa pasar sebesar 60%. Sedangkan penggunaan baterai LFP pada mobil listrik hanya sebesar 27% pada tahun 2022.

Di sisi lain, kinerja baterai LFP bisa menurun hingga 60% pada musim dingin. Bahkan, Lutfi menyebut baterai LFP dapat mati di bawah suhu -10 derajat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun