"Tuntut lah ilmu walau ke negeri Cina". Membaca ungkapan ini tentu sudah bukan suatu yang asing lagi bagi para pecinta ilmu pengetahuan apalagi bagi umat muslim. Selain iqra' ungkapan inilah kemudian yang selalu menjadi motivasi umat muslim untuk menuntut ilmu.Â
Ditambah lagi dengan ungkapan; "merupakan suatu kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan" dan "tuntut lah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang kubur". Semakin dalam lah keyakinan umat muslim untuk menuntut ilmu.
Berbicara soal ilmu pengetahuan tentu hal itu juga tidak lepas dari sebuah lembaga pendidikannya. Sambil menyeruput kopi dan menunggu balasan chat dari si doi mari secara perlahan kita melacak kelahiran madrasah dan perannya dalam transformasi intelektual Islam klasik sebagai lembaga ilmu pengetahuan.
Pada masa klasik, umat muslim menuntut ilmu pada sebuah lembaga yang masih bersifat umum mulai dari kuttab, kegiatan masjid, dan masjid ini kemudian berkembang menjadi masjid khan serta belakangan berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan tersendiri yang dikenal dengan nama madrasah.
Madrasah lahir dengan membawa orientasi baru yaitu orientasi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dari tempat belajar yang berdiri khusus sebagai tempat menuntut ilmu.Â
Jika kembali pada kegiatan menuntut ilmu di masjid tentu disini dapat dikaji bahwa fungsi masjid utamanya adalah tempat ibadah, maka perkembangan pendidikan di masjid masih dalam pertimbangan.
Hadir lah madrasah pada perkembangan berikutnya sebagai lembaga pendidikan sebagai upaya formalisasi pendidikan pada masa Islam klasik. Melihat dari kondisi masjid secara fungsional dan membludak nya minat para pelajar untuk menuntut ilmu.Â
Juga melihat kondisi pembelajaran yang tidak efektif dan efisien. Kondisi pembelajaran yang terlalu ramai sehingga mengganggu pengunjung masjid yang beribadah.
Madrasah hadir untuk menjawab keresahan masyarakat demi ketenangan dalam menuntut ilmu. Selanjutnya timbul tanya apakah benar madrasah ini lahir atas dasar orientasi akademik? Bagaimana perkembangan kelahirannya? Dan ilmu pengetahuan apa saja yang diajarkan didalamnya?Â
Sampai pada pertanyaan ini mari seruput kembali kopi nya biar tidak terlalu pening, he.
Stresing point inilah yang akan dilacak secara perlahan, dengan harapan secara bersama-bersama menemukan pemahaman terhadap arah pergerakan perkembangan historis pendidikan Islam. Sebagai upaya gerakan intelektual yang juga ikut andil dalam menentukan arah perkembangan intelektual Islam.
Lahirnya Madrasah
Mengungkap awal lahirnya madrasah menjadi kesulitan tersendiri untuk membuktikan madrasah mana yang lahir lebih awal. Sebab banyak riwayat yang mengungkap kelahiran madrasah itu sendiri. Beberapa riwayat yang populer, sebelum madrasah Nizhamiyah banyak lembaga pendidikan yang konsep nya telah berbentuk madrasah.
Pada akhir abad ke-1 M al-Maqrizi mengungkap sebagaimana dikutip Athiyah al-Abrasyi dan dikembangkan oleh Asep Kurniawan bahwa madrasah al-Baihaqiyah telah didirikan oleh penduduk Nisyabur. Dua abad sebelum berdirinya madrasah Nizhamiyah terdapat 39 madrasah di wilayah Persia. Naji Ma'ruf menyatakan 165 tahun sebelum Nizhamiyah di Khurasan telah berkembang madrasah.
Sejarah madrasah pada masa pemerintahan Abd al-Rahman III di Kordova, dan Abd al-Rahman sendiri pernah mendirikan Universitas Kordova. Meski sebelumnya telah dibangun 27 sekolah gratis di Kordova oleh Al-Hakam II al-Musntanshir (961-976), menurut Philip K. Hitti bangunan ini mendahului al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah Baghdad.
Sejarah madrasah yang masyhur seperti diungkap oleh Ahmad Sjalabi dan Philip K. Hitti madrasah yang pertama kali berdiri adalah madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk tahun 1065-1067. Nizham al-Mulk nama aslinya adalah Abu Ali Hasan ibn Ishaq, namun lebih dikenal dengan nama Nizham al-Mulk al-Tusi.
Dia seorang negarawan masyhur di dunia Islam, saking masyhur nya Phlip K. Hitti dengan tegas menulis bahwa dia "salah satu permata sejarah politik umat Islam". Dia lahir 10 April 1018 di Radkhan, dekat Tus, lahir dari keluarga yang menjadi pegawai penting pada masa pemerintahan Sultan Ghaznawi -- wafat 14 Oktober 1092.
Sejak muda, Nizham al-Mulk gemar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, termasuk kesusastraan dan kesenian. Tahun 1054 dia bekerja menjadi wazir dibawah pemerintahan Alp Arselan.
Sebagai wazir yang cerdik banyak perluasan kekuasaan yang berhasil ditaklukkan menggunakan strateginya, juga reformasi di berbagai bidang berhasil dilakukan, sebut saja; bidang pendidikan, perekonomian, militer, dan politik.
Perluasan yang populer adalah di bidang pendidikan. Madrasah Nizhamiyah inilah gerakan yang paling masif dilakukan olehnya bahkan ke depannya madrasah yang dibangunnya tersebut menjadi patronase bagi madrasah lainnya. Terbukti dengan terbangunnya kekuatan intelektual muslim masa itu.
Awal pendirian madrasah Nizhamiyah didirikan di Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan kerajaan Islam masa itu. Nizyamiyah didirikan tepat di pinggir sungai Dijlah, ditengah-tengah pasar Selasah Baghdad. Pembangunan madrasah tersebut dilakukan selama dua tahun lamanya, sejak tahun 1065 M sampai 1067 M.
Nizhamiyah merupakan madrasah yang cukup beruntung, jika penulis boleh mengatakan demikian, sebab Nizhamiyah madrasah yang diakui oleh negara serta didukung oleh para ulama masyhur pada masa itu.
Ulama masyhur itu seperti: Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, seorang faqih Baghdad, Syekh Abu Nasr as-Sabbagh, Abu Abdullah al-Tabari, Abu Muhammad asy-Syirazi, Abu Qosim al-Lawi, at-Tibrizi, al-Qazwini, al-Fairuzabadi, Imam al-Haramain Abdul Ma'ali al-Juwani, dan sang imam besar yang berjuluk hujjatul Islam yakni Imam al-Ghazali.
Ulama-ulama ini adalah pemeluk setia ajaran teologi Sunni dan bermazhab Syafi'i. Usaha pembangunan madrasah tidak lepas dengan pengembalian nama baik ulama-ulama Sunni. Ini terjadi karena kondisi sosial politik pada masa pemerintahan Nizham al-Mulk.
Kondisi sosial politik masa itu masih sangat kental dengan keadaan penyebaran ajaran keagamaan oleh sekte tertentu. Posisi Nizhamiyah berada pada masa transisi dimana kaum Si'ah telah memporak-poranda keyakinan masyarakat di bawah pemerintahan Buwaih dan Fatimiyin.
Nizhamiyah hadir sebagai integrasi terhadap kebutuhan masyarakat yang telah di porak- poranda tersebut. Nizham al-Mulk yang berpaham Ahlus Sunnah, melalui madrasah ini sebagai lembaga untuk memberantas faham-faham atau kepercayaan yang telah ditanamkan oleh golongan syi'ah.
Madrasah Nizhamiyah didirikan sebagai pusat belajar teologi, khususnya mempelajari ajaran mazhab Syafi'i dan ilmu kalam Asy'ariyah. Selain itu penyediaan lapangan pekerjaan lain bagi kelompok Sunni dalam berpartisipasi menjalankan roda pemerintahan, khususnya bidang peradilan dan manajemen.
Semangat kegiatan intelektual di madrasah terus bergerak maju, terutama dalam mengembangkan kajian-kajian keagamaan, khususnya di bidang fiqih. Transformasi keilmuan pada masa madrasah tetap bertumpu pada kajian al-Qur'an. Hanya, disini bertambah ilmu kajian baru untuk menjelaskan dan memahami al-Qur'an yaitu ilmu tafsir dan hadis.
Selain itu mata pelajaran lain diajarkan di Madrasah seperti sastra Arab, sejarah Nabi Muhammad, dan berhitung. Semua mata pelajaran itu tentu tidak lepas dengan dasar ajarannya yang bersandar pada mazhab Syafi'i dan teologi Asya'ariyah.
Dapat ditarik benang merah bahwa motivasi pendirian madrasah oleh Nizham al-Mulk dikarenakan ada dorongan kepentingan agama, ekonomi, dan politik. Dimana berdirinya madrasah ini membawa babak baru terhadap pendidikan Islam sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi bagi negara untuk memenuhi tujuan sekterian dan indoktrinasi politik.
Dari perkembangan transformasi keilmuan ini gerakan madrasah dapat disimpulkan perkembangannya melingkar pada tiga aspek. Pertama, aspek transformasi, mata pelajaran di madrasah merupakan kelanjutan dari mata pelajaran yang telah terselenggara di masjid.
Kedua, aspek aliran agama, madrasah merupakan lembaga perjuangan aliran fiqih dan teologi Sunni, hal ini terlihat jelas dalam metode iqra' (ceramah) dan imla' (dikte) yang digunakan, dimana dua metode ini lebih merangsang siswa untuk menghafal bukan memahami.
Ketiga, aspek politik pemerintahan, keilmuan yang dikembangkan dalam madrasah lebih menjunjung pada suatu mazhab tertentu, sebut saja itu mazhab Syafi'i. Situasi demikian menandakan bahwa orientasi Sunni menjadi kecenderungan kuat ditengah-tengah kondisi sosial dan sejarah masa itu.
Barangkali sampai disini dulu acara lacak-melacak kita soal madrasah dan arah gerakan intelektual nya. Semoga bermanfaat.
Daftar bacaan:
Alkhateeb, Firas. 2016Lost Islamic History, penj. Nadya Andwiyani. Jakarta: Zahira.
Armastrong, Karen. 2002. Islam: Sejarah Singkat, penj. Fungky Kusnaedy Timur. Yogyakarta: Jendela.
Astuti, Mira. 2007. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Masa Awal; Rumah, Kuttab, Masjid, Saloon, dan Madrasah, dalam Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana.
Engku, Iskandar dan Siti Subaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung, Remaja Rosda Karya.
Hadi WM, Abdul. 2016. Cakrawala Budaya Islam. Yogyakarta: IRCiSsod.
Hasaruddin. 2011. "Madrasah pada Masa Islam Klasik: Analisis Historis atas Metode yang Digunakan". Hunafa: Jurnal Studia Islamika. Vol. 8, No. 1.
Hitti, Philip K. 2006. History Of The Arabs, penj. R. Cecep Lukman Yasin, dkk. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Kurniawan, Asep. 2017. "Sejarah Dampak Kajian Madrasah Terhadap Transformasi Intelektual Islam Masa Klasik", Tamaddun, Vol. 5, No.1.
Sjalaby, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H