Mohon tunggu...
Isnainatul Mayagrafinda
Isnainatul Mayagrafinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

a learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Tantangan Kekerasan di Sekolah: Menyelaraskan Nilai-Nilai Pendidikan yang Memerdekakan

14 Oktober 2023   22:33 Diperbarui: 14 Oktober 2023   22:38 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Pemikiran Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kekerasan di sekolah bisa dikatakan melanggar prinsip-prinsip kodrat alam yang mencakup keseimbangan, harmoni, dan empati. Sementara itu, dalam konteks kodrat zaman, perubahan zaman dan teknologi membawa tantangan baru dalam bentuk kekerasan seperti perundungan atau kekerasan seksual berbasis daring. Hal ini menyatakan bagaimana perkembangan zaman mempengaruhi bentuk dan jenis kekerasan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekerasan di sekolah, perlu mempertimbangkan nilai-nilai kodrat alam dan kodrat zaman yang semakin canggih saat ini.

Budi Pekerti

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, beliau mengartikan budi pekerti sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan karsa (afektif) sehingga menghasilkan karya (psikomotor). Kekerasan di sekolah memiliki hubungan erat dengan budi pekerti karena budi pekerti mencerminkan nilai-nilai moral dan etika dalam perilaku manusia. Kekerasan, baik fisik maupun verbal, merusak karakter dan moral siswa dengan merendahkan kualitas budi pekerti yang harus dikembangkan. Tindakan kekerasan, contohnya seperti perundungan mengajarkan perilaku yang tidak etis dan merusak nilai-nilai budi pekerti seperti empati, kesopanan, dan rasa hormat terhadap sesama. Oleh karena itu, penanganan kekerasan di sekolah juga merupakan upaya untuk membentuk budi pekerti yang baik, mendukung perkembangan karakter siswa yang etis, dan memastikan bahwa nilai-nilai budi pekerti yang positif diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Sitem Among

Sistem among adalah sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sistem ini menekankan pada pentingnya pendidikan karakter dan budi pekerti. Sistem among mengajarkan siswa untuk menghormati sesama, memiliki rasa tanggung jawab, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dapat membantu siswa untuk menjadi pribadi yang tidak melakukan kekerasan. Adapun beberapa kelebihan dari sistem among ini adalah mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal, membentuk karakter siswa yang baik, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Menurut saya, konsep ini sangat cocok diterapkan untuk menghadapi tantangan kekerasan di sekolah. Dengan menerapkan tiga semboyan Ki Hajar Dewantara, pendidik diharapkan mampu untuk menuntun siswa sesuai dengan kodratnya. Tiga semboyan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ing ngarso sung tulodo. Peran pendidik dalam hal ini adalah memberikan contoh yang baik dan mengarahkan pada tindakan yang benar kepada siswa.

2. Ing madyo mangun karso. Peran pendidik dalam hal ini adalah memberikan dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasi kepada siswa untuk mencapai tujuan bersama

3. Tut wuri handayani. Peran pendidik dalam hal ini menekankan pentingnya dukungan, kesetiaan, dan perhatian untuk menuntun siswa untuk mengeksplorasi dan mencapai cita-citanya.

Dengan berpedoman pada sistem among dan semboyan tersebut, diharapkan nantinya bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kasus kekerasan di sekolah.

Nilai Luhur Sosial Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun