Mohon tunggu...
IMAS TC
IMAS TC Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Anak Memasuki Masa Puber

27 Maret 2022   20:15 Diperbarui: 27 Maret 2022   20:18 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap anak akan mengalami masa puber. Umumnya ini terjadi pada usia 9 -- 13 tahun. Ayah, Bunda, masih ingat apa yang dirasakan pada saat itu? 

Sempat merasa tidak percaya diri ketika mengalami perubahan suara atau tubuh, bingung ketika tiba-tiba ada bercak darah di celana dalam, malu karena tumbuh jerawat di wajah, mulai menyukai lawan jenis, begitu peduli pada penampilan, merasa tiba-tiba dibebani tanggung jawab dan perasaan lainnya. Tentunya seperti itu pula yang dirasakan anak kita.

Masa puber seringkali dianggap sebagai awal memasuki remaja. Dalam Islam masa puber  lebih dikenal dengan istilah akil balig. Mengutip dari Wikipedia.org akil balig artinya proses perubahan fisik saat tubuh anak berubah menjadi tubuh dewasa yang mampu melakukan reproduksi seksual. 

Di masa puber inilah mulai diproduksi hormon testoteron pada anak laki-laki dan  hormon estrogen pada anak perempuan. Kedua hormon itu yang memicu terjadinya pubertas.

Menurut fikih Islam akil balig adalah batasan seseorang mulai dibebani kewajiban-kewajiban hukum syar'i (taklif ) atau mukallifan syar'an, Swararahima.com, 02 Agustus 2018. Dengan kata lain dia sudah bertanggung jawab sepenuhnya untuk menjalankan syariat Islam.

Idealnya perkembangan akil dan balig seorang anak sejalan. Ketika secara fisik tubuhnya sudah bekerja seperti halnya manusia dewasa, seharusnya pikirannya pun sudah matang. Namun kebanyakan yang terjadi tidak demikian. 

Perkembangan balig biasanya lebih cepat dari pada akil, akhirnya yang terjadi seolah-olah jiwa anak  terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Karena itu berbicara tentang masa puber artinya kita bukan hanya berbicara tentang perubahan fisik tapi juga kematangan berfikir dan tanggung jawab yang menyertainya.

Pada dasarnya tahap puber merupakan masa yang tidak mudah dilewati. Di sinilah pentingnya orang tua untuk menyiapkan dan mendampingi mereka sejak awal.  Memang benar orang tua pernah mengalami masa itu, akan tetapi apa yang dialami dulu berbeda kondisinya dengan sekarang. 

Anak jaman dulu ketika mengalami tanda-tanda puber umumnya cenderung malu-malu, sungkan untuk membahasnya dengan orang tua, dan informasi tentang puber terbatas, paling hanya dari bangku sekolah. Anak sekarang tidak demikian. 

Beruntung jika anak mendapat informasi dari sumber yang dapat dipercaya, tapi apa jadinya jika dari sumber yang tidak tepat. Apalagi anak-anak jaman sekarang sudah begitu akrab dengan media online.

Berkaitan dengan hal di atas ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua, di antaranya:

Belajar. Ketika Allah menjadikan kita orang tua dengan menitipkan buah hati untuk diurus, dididik, dan dipersiapkan masa depannya, tentunya Allah melengkapinya dengan memberikan potensi fitrah orang tua. Akan tetapi fitrah ini perlu kita kembangkan dengan belajar. 

Sehingga orang tua menjadi lebih siap dan mudah mendampingi anak melalui hari-harinya serta menjelaskan apa yang tidak dipahami anak. Kalaupun ada hal yang tidak dipahami ketika anak bertanya, tentunya orang tua tidak akan menjawab seenaknya tanpa pengetahuan yang memadai bahkan bisa jadi anak dan orang tua akan mencari jawaban bersama-sama.

Membangun kedekatan. Kedekatan akan menjadi pintu yang mudah kita masuki untuk membangun komunikasi dengan anak. Ada sebagian keluarga yang semakin anak bertambah umur hubungan anak dan orang tua semakin renggang, bahkan ada yang menjadi kaku. Jika sudah demikian tidak mudah membangun kembali kedekatan.  

Kalau orang tua memiliki kedekatan dengan anak, bisa dipastikan mereka tidak akan sungkan bercerita apapun dan sebaliknya kita pun akan mudah mengontrol dan mengintervensi mereka.

Jadilah lebih dari sekedar orang tua. Mengapa anak lebih nyaman bercerita kepada temannya dari pada orang tua? Karena teman lebih bisa memahami perasaan, tidak menghakimi dan tidak menggurui. Teman bisa menjadi pendengar yang baik. 

Oleh karena itu ketika berbicara dengan anak berperanlah seperti temannya, pahami perasaannya, jangan menghakiminya dan yakinkan kalau orang tua adalah tempat paling terpercaya. Ketika ada hal yang tidak seharusnya, cobalah beritahu dengan perlahan, pastikan dia nyaman berbicara kepada kita. Jangan sampai anak hanya bercerita pada temannya, sementara orang tua menjadi yang terakhir mengetahui apa yang terjadi padanya.

Kompak dengan pasangan. Dalam sebuah keluarga tidak sedikit suami yang menyerahkan sepenuhnya pengasuhan kepada istri. Ayah sering tampil sebagai sosok yang tidak mau tahu urusan anak, otoriter atau malah lembek. Akibatnya tidak ada kekompakan dalam pengasuhan anak. 

Padahal biasanya anak akan lebih menurut pada ayah sebagai sosok yang memiliki otoritas dan berwibawa di keluarga. Namun dalam keseharian anak lebih banyak berinteraksi dengan ibu. Jika dalam mendidik orang tua selalu kompak dan kerjasama, anak tidak akan dibuat bingung karena perpedaan pendapat atau kebijakan orang tua.

Membuat aturan. Pada usia puber anak biasanya mudah emosi, mudah marah, dan sensitif. Mereka juga terlihat sedang mencari identitas dirinya, merasa sudah cukup dewasa dan mandiri. Akibatnya muncul sifat tidak mau diatur. Mengahadapi sikapnya orang tua seringkali dibuat pusing. 

Di sinilah dibutuhkan aturan yang jelas untuk mengontrol sikapnya. Aturan yang tentunya disepakati oleh kedua belah pihak. Bukan aturan yang memaksakan kehendak.

Memberi bacaan. Perkembangan seksual merupakan salah satu yang menonjol terjadi ketika masa puber. Idealnya ketika anak memasuki gerbang puber orang tua sudah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan seksual sesuai usianya. 

Akan tetapi, seringkali orang tua dibuat bingung ketika memulai berbicara tentang hal itu. Untuk membantu memahamkan anak kita bisa memberikan bacaan-bacaan yang sesuai dengan umurnya. Biasanya anak akan bertanya tentang yang tidak dipahaminya, inilah kesempatan kita untuk memberikan informasi.

Mencukupi kebutuhan gizi anak. Anak mengalami dua kali masa pertumbuhan yang cepat yaitu ketika balita dan masa puber. Karena itu penuhilah kebutuhan gizinya untuk menunjang pertumbuhannya.

Melatih menjaga kebersihan diri. Biasakan anak untuk menjaga membersihkan tubuhnya sendiri. Beritahu apa yang biasanya terjadi ketika masa puber dan apa yang harus dilakukannya, misalnya bau keringat yang lebih menyengat, tumbuh jerawat di wajah, atau membersihkan area kemaluan.

Itulah delapan poin yang perlu dilakukan orang tua untuk menyiapkan dan mendampingi anak memasuki masa puber. Nah, Ayah dan Bunda, sebelum terlambat mari kita mulai siapkan anak sejak mereka masih berada dalam pangkuan. Tidak perlu menunggu sampai saat itu tiba. Beri anak pengalaman yang menyenangkan, karena apa yang mereka alami saat ini tentu akan berpengaruh besar pada perkembangan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun