Belajar. Ketika Allah menjadikan kita orang tua dengan menitipkan buah hati untuk diurus, dididik, dan dipersiapkan masa depannya, tentunya Allah melengkapinya dengan memberikan potensi fitrah orang tua. Akan tetapi fitrah ini perlu kita kembangkan dengan belajar.Â
Sehingga orang tua menjadi lebih siap dan mudah mendampingi anak melalui hari-harinya serta menjelaskan apa yang tidak dipahami anak. Kalaupun ada hal yang tidak dipahami ketika anak bertanya, tentunya orang tua tidak akan menjawab seenaknya tanpa pengetahuan yang memadai bahkan bisa jadi anak dan orang tua akan mencari jawaban bersama-sama.
Membangun kedekatan. Kedekatan akan menjadi pintu yang mudah kita masuki untuk membangun komunikasi dengan anak. Ada sebagian keluarga yang semakin anak bertambah umur hubungan anak dan orang tua semakin renggang, bahkan ada yang menjadi kaku. Jika sudah demikian tidak mudah membangun kembali kedekatan. Â
Kalau orang tua memiliki kedekatan dengan anak, bisa dipastikan mereka tidak akan sungkan bercerita apapun dan sebaliknya kita pun akan mudah mengontrol dan mengintervensi mereka.
Jadilah lebih dari sekedar orang tua. Mengapa anak lebih nyaman bercerita kepada temannya dari pada orang tua? Karena teman lebih bisa memahami perasaan, tidak menghakimi dan tidak menggurui. Teman bisa menjadi pendengar yang baik.Â
Oleh karena itu ketika berbicara dengan anak berperanlah seperti temannya, pahami perasaannya, jangan menghakiminya dan yakinkan kalau orang tua adalah tempat paling terpercaya. Ketika ada hal yang tidak seharusnya, cobalah beritahu dengan perlahan, pastikan dia nyaman berbicara kepada kita. Jangan sampai anak hanya bercerita pada temannya, sementara orang tua menjadi yang terakhir mengetahui apa yang terjadi padanya.
Kompak dengan pasangan. Dalam sebuah keluarga tidak sedikit suami yang menyerahkan sepenuhnya pengasuhan kepada istri. Ayah sering tampil sebagai sosok yang tidak mau tahu urusan anak, otoriter atau malah lembek. Akibatnya tidak ada kekompakan dalam pengasuhan anak.Â
Padahal biasanya anak akan lebih menurut pada ayah sebagai sosok yang memiliki otoritas dan berwibawa di keluarga. Namun dalam keseharian anak lebih banyak berinteraksi dengan ibu. Jika dalam mendidik orang tua selalu kompak dan kerjasama, anak tidak akan dibuat bingung karena perpedaan pendapat atau kebijakan orang tua.
Membuat aturan. Pada usia puber anak biasanya mudah emosi, mudah marah, dan sensitif. Mereka juga terlihat sedang mencari identitas dirinya, merasa sudah cukup dewasa dan mandiri. Akibatnya muncul sifat tidak mau diatur. Mengahadapi sikapnya orang tua seringkali dibuat pusing.Â
Di sinilah dibutuhkan aturan yang jelas untuk mengontrol sikapnya. Aturan yang tentunya disepakati oleh kedua belah pihak. Bukan aturan yang memaksakan kehendak.
Memberi bacaan. Perkembangan seksual merupakan salah satu yang menonjol terjadi ketika masa puber. Idealnya ketika anak memasuki gerbang puber orang tua sudah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan seksual sesuai usianya.Â