“Iya, jadi tinggal nunggu Kamal nih, ciiyee Kamal ikutan jugaaaa.” celetuk Ridho memecah suasana.
“Kayaknya ada yang mau ketemu sama calon mertua nih.” Ucok menimpali.
Mila yang tengah digoda oleh teman-temannya hanya menyunggingkan senyuman. Sejujurnya hatinya pun sedang berbunga-bunga. Bahagia. Tak salah, inilah yang disebut dengan cinta dan Mila sadar ia sedang merasakannya.
Beberapa menit kemudian, Kamal datang dengan napas terengah-engah. “Sorry, gue tadi ke toilet dulu. Gimana jadi berangkat sekarang?”
Senyum Mila semakin melebar karena kehadiran Kamal. Kepalanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Kamal, tetapi saat ia baru saja hendak membuka mulut, suara Ucok terdengar lebih dahulu.
“Ciye, yang grogi.”
“Ciye yang nggak sabar mau ketemu camer.”
Kini, Santi dan Lisa yang ambil suara. Gelak tawa mereka pecah, persis ketika angin bertiup sepoi. Wajah Mila pun memerah seketika.
“Ck, apaan sih! Udah yuk berangkat.” Cetus Mila mengabaikan sorak sorai teman- temannya serta detak jantungnya yang tiba- tiba berdegup kencang. Tak lama bibir Mila komat-kamit, jarinya menunjuk temannya satu-persatu sambil menghitung, “Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Oke fix, enam orang sama gue ya? Yuk berangkat.”
***
Mila beserta lima orang temannya telah sampai di rumah ketika aku sedang menyiapkan cemilan dan minuman dingin untuk mereka. Mila memang jarang mengajak teman- temannya ke rumah, namun beberapa diantaranya sudah aku kenal karena diriku yang tak pernah absen menghadiri setiap pertemuan yang diadakan sekolah. Saat seperti itu aku selalu menyempatkan bertegur sapa dengan teman- teman Mila dan juga orang tua mereka. Tak ada salahnya untuk menjalin silaturahmi kan?