“Sayang maaf!” Irvan muncul dengan wajah cemas, “Aku minta maaf, sayang. Aku harus pulang. Dena sakit.”
“Dena?”
“Mama menelpon. Dena demam. Aku harus pulang, Sayang. Dena membutuhkanku. Maafkan aku.” Irvan mengecup sesaat kening Eveline sebelum akhirnya pergi meninggalkan wanita itu.
Eveline mengerjap. Irvan meninggalkannya. Lagi! Ck, untuk kesekian kalinya. Dena? Sampai kapanpun ia takkan bisa menggantikan tempat Dena. Perempuan itu akan selalu menjadi yang pertama.
Dan dia selalu yang kedua.
Cih! Menyedihkan sekali nasibmu, Ev!
***
“Loh kamu pulang, Ev? Katanya menginap?”
Eveline menggeleng perlahan. Ia berjalan lesu menghampiri ranjang, “Nggak jadi, Mas Susan ada acara. Mas kok belum tidur?”
Lelaki berkacamata yang sedang terduduk di atas kasur dengan laptop di pangkuannya tersenyum, “Ini! Nyelesein sedikit kerjaan,”
“Sudah malam. Mas lebih baik istirahat. Pekerjaan masih bisa dilanjutkan besok kan?”