Mohon tunggu...
Imas Siti Liawati
Imas Siti Liawati Mohon Tunggu... profesional -

Kunjungi karya saya lainnya di www.licasimira.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Prahara Bukber

16 Juli 2015   22:09 Diperbarui: 16 Juli 2015   22:09 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="*Ilustrasi diambil dari sharingdisini.com"][/caption]

Lo dimana, Fi? Besok jadi ya.

Fiona tersenyum lebar saat mendapati pesan yang masuk ke ponselnya. Kiara, sahabatnya semasa SMA mengingatkan akan acara buka puasa bersama sekaligus reuni angkatan SMAnya. Acara yang tentunya takkan disia- siakan Fiona. Kapan lagi ketemu para sahabat seperjuangan?

Jadi dong! Gue d rmh.

Fiona mengetik balasan dengan cepat. Sejujurnya ia sendiri sudah tak sabar. Berkumpul dengan teman- teman SMA adalah suatu kesenangan tersendiri baginya. Bercanda tawa mengenang masa lalu, menertawakan kekonyolan yang pernah dibuat menjadi hiburan di tengah kepenatan rutinitas kerja yang menumpuk.

Sip. Eh btw Radit mw dtng tuh!

Seketika mata Fiona terbeliak. Radit? Raditya Bagaskara, sang ketua osis yang menjadi pujaan cewek seantero sekolah di zamannya.

FYI dia masih single lo!

Serius lo dia dtg?, Balas Fiona cepat.

Serius! Makanya lo siapin diri sebaik mungkin ya!

Bibir Fiona melengkung sempurna membentuk senyuman. Kiara benar, ia harus benar- benar mempersiapkan diri. Demi Radit?

Siapa lagi?

Lelaki itu tampan dan Fiona berani bertaruh ia makin tampan. Tidak bukan hanya itu, Radit kini juga dikenal sebagai pengusaha muda yang cukup bersinar. Profilnya menghiasi media lokal. Jadi siapa yang tidak tahu dirinya. Selama ini Radit memang tak pernah hadir dalam acara reuni SMA. Selalu sibuk. Tetapi kali ini, laki- laki itu menyempatkan datang.

Astaga. Ini sih kesempatan emas. Rugi kalau disia- siakan.

Ok. Thanks, Ra. Gue pasti dtng.

***

“Mau kemana, Fi?”

Fiona berbalik lalu tersenyum tipis, “Bukber sama teman- teman SMA, Ma!” Jawabnya kemudian.

“Harus ya?”

Fiona mengernyit. Tumben mamanya berkata demikian, biasanya diam saja. “Sekalian reuni, Ma! Kapan lagi?”

Mama manggut- manggut lalu menghembuskan nafasnya perlahan, “Nggak bisa ditunda ya, Fi?”

Kedua alis Fiona bertaut. Ia semakin bingung dengan kata- kata mamanya, tak seperti biasanya. “Kenapa sih, Ma?” Tanyanya sembari menghampiri sang bunda yang berada di sofa ruang tengah.

“Kamu itu lo kapan buka puasa di rumah? Bareng- bareng keluarga?”

Nafas Fiona tercekat seketika. “Selama ini kan kamu sibuk banget. Pulang kerja udah lewat maghrib, giliran libur selalu buka puasa di luar.”

Fiona terdiam. Hati kecilnya membenarkan ucapan sang bunda. Nyaris selama bulan puasa, ia tak pernah merasakan buka puasa di rumah. Pekerjaan serta jauhnya jarak kantor dan rumah membuatnya kehilangan waktu berbuka di rumah. Sedangkan saat weekend selalu ia habiskan berbuka puasa bersama teman- temannya.

“Minggu lalu teman kuliah, sebelumnya orang- orang kantor terus sahabat- sahabatmu nah sekarang teman- teman SMA terus kapan kamu di rumahnya,” Ucap mama lagi. “Ramadhan sebentar lagi berakhir loh, Fi.”

Fiona menghela nafas berat. Mama benar, tapi kalau hari ini ia tidak datang bukankah akan mengecewakan teman- temannya juga. Dan belum tentu setahun sekali bertemu.

“Ma, hari ini aja ya!”

Mama mendesah, “Ya sudah terserah kamu aja.” Suaranya lirih. Nyaris tak terdengar.

“Ya besok- besok Fiona di rumah deh,” Bujuk Fiona lagi.

Kedua bahu mama terangkat, ia tak berkata apa- apa. Hanya sorot matanya yang terlihat sangat kecewa membuat Fiona nelangsa sendiri. Ia merasa dirinya sangat jahat karena telah menyakiti hati ibunya.

“Ya udah, Fiona nggak jadi pergi.”

Mama menggeleng. “Pergi aja! Badan kamu di rumah tapi pikiranmu ke temen- temen kan?”

Fiona bungkam. “Mama nggak papa kok,” Sahut wanita baya itu sembari beranjak dari sofa. “Buruan sana pergi! Nanti kena macet lagi,” Lanjutnya sembari meninggalkan Fiona sendirian.

Fiona manyun. Fix, Mama ngambek!

Aduh, bagaimana ini? gumamnya dalam hati.

Belum sempat ia berfikir, ponselnya bergetar. Ia menarik nafas dala saat menyadari Kiara menelponnya.

“Fi, lo dimana sih? Gue udah di tempat nih. Eh beneran ada Radit. Gile dia makin kece aja. Lo burua…,”

Fiona memijit pelipisnya berulang kali. Celoteh Kiara di seberang membuat kepalanya tba- tiba berdenyut.

Mama atau Gebetan?

***

Lampung, Juli 2015

 

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun