"Maret, dua ribu empat belas," kubaca deretan waktu yang tertulis di paling bawah. Aku mengerjapkan mata, masih tak percaya.
"Kay," panggilku pelan.
"Ikut aku," Kurasakan tanganku ditarik Kay dan dalam sepersekian detik kami sudah berada di sebuah ruangan. Arrghh, dia memakai teleporternya.
"Ini dimana?"
"Kau lupa tempat ini,"
Kupandangi sekeliling ruangan, sial, inikan kamar Kay.
"Aku tak mungkin mengatakannya di tempat lain Al, cukup berbahaya." Katanya perlahan.
"Apa artinya ini rahasia,"
Kay mengangguk, kemudian berdiri mengambil mengaktifkan smartipadnya. "Lihatlah," katanya sambil menyodorkan alat itu. Kuamati deretan gambar yang Kay perlihatkan.
"Itulah bumi dulu," perkataan pelan Kay membuatku menoleh cepat padanya.
"Maksudmu?"