Ada yang sudah nonton film "Kim Ji Young: Born 1982"? Apa pendapatmu setelah menontonnya? Jujur, bagi saya pribadi film ini sangat berkesan. Kenapa?
Karena cerita dalam film ini terasa nyata dan sangat dekat dengan saya pribadi. Mungkin bagi kamu dan perempuan-perempuan lain cerita ini juga sangat dekat dengan kehidupan.
Film ini sendiri diangkat dari novel yang berjudul sama, "Kim Ji Young: Born 1982" karya Cho Nam-Joo yang diterbitkan pada 2006.Â
Cerita utamanya yaitu kisah dari Kim Ji Young yang mengalami depresi karena perubahan di dalam hidupnya setelah dia menjadi seorang ibu rumah tangga dan seorang ibu. Diskriminasi gender, ketimpangan tuntutan antara perempuan dan laki-laki terlihat dari alur cerita film ini.
Sejujurnya, awalnya saya tidak tertarik dengan film ini, mengapa?
Karena saya takut terbawa mellow saat dan setelah menonton film ini. Ya, melihat dan membaca review film ini saya rasa ada beberapa cerita yang sama dengan apa yang saya alami.Â
Namun, karena sangat penasaran, akhirnya saya memberanikan diri menonton film ini. Dan yaaa benar apa yang saya takutkan, dari awal sampai akhir film saya nangis sesegukan.
Berada diantara Dua Pilihan, Keluarga atau Karier
Setelah menikah dan mempunyai anak, Kim ji Young dihadapkan diantara dua pilihan, keluarga atau karier. Walaupun suaminya akhirnya mendukung jika dia kembali lagi bekerja, namun tekanan disekitaranya membuat dia membatalkan keinginannya untuk bekerja kembali.
Ya, sebenarnya cukup banyak perempuan yang menjalani keduanya dengan seimbang, tapi cukup banyak pula yang harus memilih satu diantaranya. Saya sendiri tidak dapat menjalani keduanya.Menjadi ibu rumah tangga akhirnya menjadi keputusan yang saya ambil.
Nyesel gak?
Sejujurnya saya tidak pernah menyesal menjadi seorang full time mom, karena saya sangat bersyukur bisa setiap hari, setiap waktu selalu bersama anak.Â
Menjadi orang yang pertama tau perkembangan anak, selalu menjadi orang pertama yang dicari saat dia bangun tidur, kalau hilang dari pandangan khansa, saya pasti dicarinya sampe ketemu, rasanya sangat bahagia.Â
Terkurung dalam Rutinitas
Sebelum menikah kim ji young merupakan wanita karier yang selalu bersemangat. Tapi nampaknya dia mengalami kesulitan saat rutinitasnya berubah 180 derajat, saat dia memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan karier dan impiannya.
Ya, setiap perempuan yang sebelumnya adalah seorang pekerja dan memilih pilihan menjadi ibu rumah tangga pasti sudah tau jika rutinitasnya akan sangat berubah dan berbeda dari sebelumnya. begitupun dengan saya.
Sebelum menikah saya bekerja di salah satu media online. Setelah menikah pun saya masih bekerja, namun akhirnya memilih resign karena alasan pribadi yang mengharuskan untuk rehat.Â
Sesungguhnya, setelah rehat saya berencana untuk bekerja kembali. Tidak disangka saya mendapatkan rezeki, hamil anak pertama. Karena beberapa pertimbangan saya pun memilih untuk mengurungkan keinginan untuk kembali bekerja, salah satunya kondisi kesehatan.
Suka kangen kerja gak? Sempet kepikiran buat kerja lagi? Kangen rutinitas waktu kerja dulu? BANGET!
Kangen deadline, meeting, ketemu orang-orang baru, komunitas baru, kangen lari-larian takut ditinggalin transjakarta, semua deh.
Sempet kepikiran juga buat kerja lagi nanti, tapi belum terbayang nanti bagaimana atau bisa ngga nya. Bukan masalah izin dari suami, tapi lebih ke diri sendiri bisa atau ngga yang biasanya 24 jam sama anak, jadi cuma beberapa jam aja.
Uangnya udah banyak yah jadi gak kerja lagi? AAMIIN (dengan sekencang-kencangnya). Aamiin banget punya uang banyak di tabungan. Tapi bukan itu, bukan masalah uang.
Rasa Hampa dan Kosong, hingga Depresi
Banyak scene yang paling ngena buat saya. Salah satunya scene dimana kim ji young berada di teras sambil menatap kosong, juga scene saat dia berada di taman sambil duduk dan mendorong stroller.Â
Tatapannya kosong, seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Sampai akhirnya dia merasakan kelelahan dalam dirinya dan menjadi masalah yang cukup serius, depresi. Walaupun awalnya dia tidak menyadari.
Ibu rumah tangga lebih rentan mengalami depresi? Benarkah?
Dikutip dari artikel halodoc.com, Menurut Melinda Paige, Ph.D., profesor konseling kesehatan mental klinis di Argosy University, Atlanta, mengatakan perasaan terisolasi, kehilangan tujuan dan identitas, serta kurangnya interaksi sosial karena terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah adalah pemicu depresi pada ibu rumah tangga.
Merasa hampa dan merasa kehilangan sesuatu dalam diri pernah saya rasakan dipertengahan tahun lalu. Ketika anak tidur, saya melihat keluar jendela sambil sesekali menghela nafas panjang, tidak ada yang saya pikirkan, hanya melihat sekeliling yang tampak sepi.Â
Ya hampir setiap hari waktu itu saya melakukan hal tersebut setiap hari, hingga akhirnya saya menyadari jika ada yang salah. Ditambah emosi saya yang naik turun. Saat itu saya sering menangis karena ingat dengan kejadian masa kecil yang kurang menyenangkan, kemudian saya takut berdampak ke pengasuhan anak saya.Â
Entah karena apa inner child itu muncul kembali dan akhirnya berdampak kembali pada diri saya. Merasa ini adalah hal yang salah, akhirnya sayapun menceritakan semua kepada suami, hingga akhirnya sedikit demi sedikit saya merasa baik kembali.
Karena hal apa akhirnya saya bisa kembali merasa lebih baik? Pertama pastinya setelah saya menceritakan hal yang saya rasakan kepada suami, dengan dukungannya saya akhirnya bisa merasa lebih baik.Â
Kedua, jika saya merasa jika emosi sudah mulai tidak terkontrol, saya langsung pergi mengajak khansa keluar rumah, walaupun cuma ke mini market depan gang rumah, hal itu membantu saya untuk membuang pikiran-pikiran dan emosi negatif.Â
Ketiga, dimana di suatu hari saya menyadari jika saya harus melakukan sesuatu yang saya suka. Diluar tanggung jawab saya sebagai istri dan seorang ibu.
Ya, mempunyai kegiatan produktif merupakan hal penting juga sekarang bagi saya. Karena dengan itu, saya bisa menyalurkan energi saya ke hal-hal yang tentunya positif.
Saya bersyukur dan berterima kasih kepada beberapa teman, yang juga senior saya, yang mengajak saya untuk aktif di sosial media. Bukan hanya sekedar aktif, tapi membantu beberapa campaign yang menuntut saya membuat konten yang kreatif.Â
Hal itu membantu saya menyalurkan energi dan membuat saya menjadi produktif. Juga teman saya yang mengajak untuk mengasah bakat marketing dan campaign less waste dengan berjualan produk-produk yang mendukung gerakan zero waste.Â
Dan saya sangat berterima kasih kepada diri saya sendiri, yang akhirnya menemukan cara untul self healing dengan menulis. Ya, saya menulis ini merupakan salah satu cara untuk self healing.
 Untuk Kamu, yang Juga Ibu Rumah Tangga
Saya yakin, ketika kamu memilih untuk menjadiibu rumah tangga, kamu sudah mempertimbangkannya dengan matang. Jadi, jalani dengan bahagia, jangan sampai kamu mendapatkan tekanan atau bahkan bullyan dari siapapun.Â
Komunikasikan apapunyang kamu rasakan kepada suami. Dan tidak ada salahnya jika kamu mempunyai kegiatan produktif untuk diri kamu sendiri, karena kegiatan produktif bisa membantu kamu untuk tidak merasa terkurung dalam rutinitas sehari-hari.
 Untuk Semua Ibu
Apapaun pilihan kamu, menjadi seorang ibu rumah tangga atau menjadi ibu pekerja, kamu hebat. Yuk saling mendukung dan tidak mencari pembenaran satu sama lain.
Tulisan ini juga dipost di blog pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H