Mohon tunggu...
Imas Inasya Pridawati
Imas Inasya Pridawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tim GIAT 5 UNNES Cegah Stunting Melalui Inovasi PMT di Desa Dampit

11 Agustus 2023   22:50 Diperbarui: 24 Agustus 2023   23:17 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Pencegahan Stunting/dokpri

UNNES GIAT angkatan 5 adalah program yang dilaksanakan oleh mahasiswa di daerah Jawa Tengah agar mahasiswa dapat mengabdi sepenuhnya kepada masyarakat dengan slogan “bersama UNNES GIAT, membangun Indonesia dari desa”. 

Kamis, (20/7), Mahasiswa UNNES GIAT 5 di bawah naungan Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES telah melaksanakan posyandu rutin di PKD (Pusat Kesehatan Desa) Desa Dampit, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Kegiatan posyandu balita di desa Dampit dilaksanakan setiap 35 hari sekali atau setiap selapanan. Kegiatan posyandu rutin kali ini diisi oleh program inovasi dari tim GIAT 5 UNNES. Sasaran program posyandu balita ini adalah ibu dan balita. Program ini terlaksana berdasarkan observasi dalam kurun waktu satu minggu.

Selama observasi, tim GIAT 5 UNNES berusaha menelaah permasalahan yang muncul di Desa Dampit. Menurut perangkat desa, permasalahan yang belum dapat diatasi adalah penanganan stunting. Pada tahun sebelumnya tercatat lebih dari 20 anak yang terindikasi stunting. Menurut penuturan perangkat desa sebenarnya sudah dilakukan berbagai cara untuk mengatasi stunting salah satunya dengan bantuan pemberian makanan bergizi. Namun langkah tersebut masih belum efektif. 

Dari hasil observasi tersebut, tim GIAT 5 merencanakan solusi pencegahan stunting. Langkah pertama tim GIAT 5 mendatangi lokasi dan informan yang berkaitan dengan posyandu. Kami berkoordinasi dengan ibu bidan dan kader setempat agar dapat memperoleh ide, saran, dan masukan yang tepat untuk program ini. Langkah selanjutnya kami berdiskusi dengan kelompok untuk menentukan program yang tepat atasi stunting. 

Setelah mendapat informasi dan masukan dari berbagai pihak, tim GIAT 5 menyepakati program pencegahan stunting melalui inovasi PMT atau Pemberian Makanan Tambahan pada balita. Inovasi tersebut diberi nama Nasi Kuning yang merupakan singkatan dari Inovasi Kurangi Stunting. Pemberian nama program ini didasari sebagai bentuk kreatifitas nama agar mudah diingat oleh masyarakat desa dampit. Melalui nama program yang tidak asing dan unik ini mampu memberikan motivasi dan semangat bagi masyarakat agar terhindar dari stunting.

Kegiatan posyandu rutin terdiri dari cek kesehatan TB (Tinggi Badan), BB (Berat Badan), LILA (Lingkar Lengan Atas), dan LK (Lingkar Kepala). kali ini bersama tim Giat 5, posyandu rutin ditambah kegiatannya yaitu setelah cek fisik selesai diberikan sosialisasi pencegahan stunting. Sosialisasi diawali dengan pemberian brosur yang berisi informasi tentang definisi stunting, gejala, sebab, akibat, dampak, cara pencegahan stunting serta resep pembuatan PMT. Pemberi materi dilakukan oleh perwakilan tim GIAT 5 UNNES. Selama sosialisasi para ibu berkumpul dan menyimak dengan seksama walaupun diiringi dengan keriuhan balita. Berikut brosur cegah stunting.

Brosur Informasi Pencegahan Stunting/dokpri
Brosur Informasi Pencegahan Stunting/dokpri

Resep Inovasi PMT/dokpri
Resep Inovasi PMT/dokpri

Kegiatan berikutnya adalah pemberian PMT secara gratis kepada setiap balita. Inovasi PMT ini adalah ide dari tim berdasarkan riset di jejaring sosial. Menurut informasi yang didapat, stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kurangnya asupan gizi penyebab stunting dikarenakan kurangnya sumber protein seperti daging, ikan, dan telur. 

Masyarakat disini mayoritas mengkonsumsi sayuran daripada daging. Oleh karena itu, tim GIAT 5 mencoba menemukan inovasi makanan sehat dan bergizi serta juga mudah dibuat dan disukai oleh balita. Berdasarkan hasil penelusuran, tim GIAT 5 mencoba kreasi makanan berprotein yaitu dimsum tahu jamur. Terpilihnya makanan tersebut karena di desa dampit terdapat budidaya jamur yang melimpah sehingga warga tidak kesulitan mencari bahan-bahannya.

Proses pembuatan dimsum tahu jamur sangatlah mudah. Bahan-bahannya pun mudah dicari. Bahan utama yang dibutuhkan adalah tahu putih, jamur tiram, kulit dimsum, telur, tepung terigu, tepung tapioka, wortel parut, dan bahan dapur pelengkap lainnya. cara pembuatannya adalah dengan menghaluskan tahu terlebih dahulu kemudian campurkan bahan lainnya hingga membentuk adonan. selanjutnya masukkan adonan ke kulit dimsum dan kukus selama 20 menit. dimsum tahu jamur siap dikemas di mika untuk diberikan ke ibu dan balita.

Tim GIAT 5 berharap inovasi pencegahan stunting ini dapat diterapkan oleh masyarakat desa Dampit. Melalui inovasi PMT dari Tim Giat 5 unnes ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan stunting di desa Dampit. Dengan balita yang sehat, mudah-mudahan mampu tumbuh menjadi generasi unggul bebas stunting di masa mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun