No. Peserta: 231
Untuk seseorang yang namanya akan selalu terukir di hati ayah...
Ibu, sebenarnya ada banyak hal yang ku rahasiakan padamu. Tentang sepatuku yang sudah bolong, tentang tasku yang sudah sedikit lusuh dan kusam. Tapi, beruntung itu masih sedikit. Akan ku rahasiakan semua itu sampai kakiku menginjak paku dan tasku sedikit robek atau sampai ibu dan ayah sudah punya uang untuk membelikannya. Maafkan aku ibu, mungkin ibu tak ingin tahu tentang rahasia yang satu ini, sejujurnya nasi goreng buatan ayah lebih enak dibandingkan buatan ibu. Selama ini,aku selalu memuji masakan ibu. Memang benar, masakan ibu memang selalu yang paling enak, tapi untuk nasi goreng, itu lain lagi ceritanya. Ibu, saat aku menulis tulisan ini, aku berdo'a semoga ibu tidak membacanya. Kalau ibu sampai membacanya, ibu pasti akan mengutukku kan? Ah, tapi ibu kan bukan ibunya Malin Kundang, jadi tidak mungkin ibu melakukannya pada anakmu yang cantik jelita bak bidadari turun dari tangga ini. Iya kan?
Ibu, sebenarnya ada banyak kisah yang belum ku ceritakan padamu. Terlalu banyak, mungkin ibu akan bosan mendengarnya. Sama bosannya ketika aku mendengar omelan ibu setiap hari ketika aku malas membereskan rumah dan malah menonton acara televisi seharian. Tapi tahukah ibu? Aku selalu berdo'a agar omelan ibu selalu ku dengar setiap hari. Aku tidak bisa bu, tidak akan pernah bisa membayangkan hari-hari tanpa suaramu, tanpa omelanmu yang membuatku tahu setiap orang memiliki cara berbeda untuk menunjukkan kasih sayangnya. Kisah selanjutnya, datang dari fakor usiaku yang menginjak masa remaja. Ibu, aku ingin mengatakannya padamu, aku jatuh cinta. Meskipun ayah akan selalu menjadi laki-laki nomor satu yang paling tampan, dan ibu akan masih selalu menjadi perempuan paling cantik di hatiku. Tapi, bolehkah ada laki-laki kedua yang lebih tampan selain ayah? Mungkin belum boleh ya bu, lagipula belum ada laki-laki yang benar-benar menyukaiku, mereka hanya main-main. Ah dasar, bocah ingusan mereka itu.
Ibu, sebenarnya ada banyak penyesalan yang rasanya sulit untuk kulupakan. Tentang aku yang selalu mendapat nilai jelek di sekolah, aku yang selalu bermalas-malasan dan aku yang selalu protes dengan makanan yang kau sajikan. Tapi sungguh ibu, aku tak pernah mau seharipun tanpa makanan buatanmu. Maaf bu, betapa banyak orang diluar sana yang masih sangat bersyukur memiliki ibu, walaupun mereka tinggal di jalanan. Bodohnya aku yang tak pandai mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan melalui kasih sayangmu. Tapi sungguh ibu, tak pernah sekalipun ku lupakan setiap pelajaran yang kau berikan padaku. Jikalau aku sudah tua, aku mungkin akan lupa jadi jangan pernah lupa untuk selalu mengingatkanku ketika aku salah sampai aku tua nanti. Mungkinkah ibu? Kita bisa menua bersama-sama? jangan pernah membicarakan kematian, aku benci itu. Lebih baik ceritakan surga dan neraka, juga filosofi sebuah ungkapan bahwa surga ada di telapak kakimu. Betapa banyak orang yang sudah menjelaskan padaku tentang itu, tapi tak pernah ada yang benar-benar membuatku mengerti. Aku yakin, hanya ibu yang bisa menjelaskannya padaku.
"Ibu, apakah aku cantik"
"Ya"
"Ibu, apakah aku pintar?"
"Ya, anak ibu memang anak yang paling pintar"
Ibu ingat kan percakapan itu? Tentu saja ibu pasti ingat, karena aku selalu menanyakan hal yang sama setiap harinya dan ibu juga akan menjawab kata-kata yang sama. Iya kan? Sebenarnya, aku tahu itu mungkin bohong. Tapi aku suka. Tidak ada kebohongan yang paling ku sukai selain yang itu. Jadi jangan pernah berhenti untuk membuatku tersenyum dengan pujian yang sebenarnya tidak benar-benar memujiku. Tidak apa-apa bu, karena akan sangat menyakitkan jika ibu mengatakan yang sebaliknya.
Ibu, ibu tahu bagaimana ayah kan? Sebenarnya, ayah sangat sayang pada kita semua. Meskipun ketika ayah marah, ia hanya sedang ingin marah. Ibu harus tahu bahwa seseorang terkadang harus marah untuk mengeluarkan semua beban di hatinya. Hanya saja, setiap orang memiliki cara berbeda untuk marah. Jadi jangan pernah marah ketika ayah sedang marah karena itu selalu membuat kpalaku hampir pecah. Bukan hanya kepalaku, mungkin barang-barang di rumah pun akan pecah juga, dan setelah itu ibu akan membeli perabot yang baru. Nah, yang rugi siapa? yang pasti bukan aku.
Ibu, sebenarnya ada banyak kata terima kasih yang belum ku ucapkan. Haruskah aku mengucapkannya setiap hari? Aku selalu mengucapkannya di dalam do'a. Aku malu mengatakannya, ah anak macam apa aku ini? yang pasti bukan Malin Kundang ya bu. Terima kasih bu, sudah melahirkanku ke dunia ini, merawatku sampai sekarang ini. Mungkin permintaanku ini terlalu berlebihan, tapi sungguh bu, aku ingin selamanya bersamamu, bersama ayah juga, kakak, dan adik. Tapi sekali lagi, bukankah sebenarnya di dunia ini tak ada kata selamanya? yang ada hanya sementara. Begitulah kata pepatah yang pernah ku dengar saat kuliah subuh dulu "Dunia sementara, akhirat selama-lamanya"
Saat itu, kalau ibu tidak menyuruhku pergi ke madrasah, mungkin aku tak pernah tahu kalimat yang membuatku selalu ingat dengan tanah merah, nisan putih dan beberapa helai kain kafan. Sungguh ibu, aku takut, betapa mengerikannya semua itu. Tapi mau bagaimana lagi ibu selalu bilang, setiap orang pasti akan mengalaminya, tidak terkecuali kita.
Ibu, entah mengapa rasanya sulit untuk menangisi setiap kenangan yang pernah kita lewati. Benar kan ibu? Bukankah kenangan adalah sesuatu yang akan membuat kita tersenyum karena mengingatnya. Tersenyum sambil menitikkan air mata. Menangis bahagia.
Ibu, rasanya aku sudah lupa dengan masa kecilku ketika umurku masih dua atau tiga tahun. Tapi ada banyak potongan-potongan ingatan yang membuatku tertawa. Saat aku mengompol, merengek minta jajan sampai uangmu habis untukku, belajar di kelas ditemani olehmu, padahal teman-temanku tidak ada yang membawa ibunya masuk ke dalam kelas. Malu sekali saat aku mengingatnya sekarang. Semoga setiap peristiwa itu juga masih hidup dan akan selalu ada dalam ingatanmu, di dalam memori otak kita.
Tentang adik, jangan selalu memanjakannya, nanti kalu dia sudah besar dia akan jadi apa? Biar kakak-kakaknya yang cantik ikut mendidik dia supaya jadi orang yang sukses. Ya bu?
Ibu, aku tahu, di setiap do'amu harapan yang kau tujukan untukku. Maafkan aku bu, hanya senyuman yang selalu ku berikan padamu. Aku tahu, jutaan senyuman takkan pernah membuatmu kenyang atau memiliki kekayaan. Meski begitu, aku tidak akan pernah berhenti tersenyum setiap hari untukmu. Aku sudah memutuskan bu, aku akn jadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Jadi tenang saja, anakmu ini mustahil menjadi Malin Kundang yang durhaka itu. Tapi aku penasaran bu, memangnya ada ibu yang mengutuk anaknya? Ku pikir, yang keluar dari mulut seorang ibu pastilah kata-kata yang baik, seperti sebuah do'a untuk anaknya. Namun dunia sudah semakin berubah rupanya, aku tidak akan terpengaruh bu, aku yakin setiap kemarahan ibu bukan tanpa alasan. Aku yakin, ibu akan selalu menyayangiku sampai kapanpun. Aku sangat yakin dan tidak ada yang bisa menghancurkan keyakinan itu.
Ibu, jutaan kata-kata takkan pernah mampu menuliskan setiappengorbananmu, lembayung senja yang jingga warnanya, masih jauh keindahannya bila dibandingkan guratan-guratan indah di wajahmu yang menjadi saksi dari tetesan air mata dan peluh yang tkkan pernah ku tahu jumlahnya. Pohon-pohon yang hijau yang meneduhkan takkan pernah bisa menandingi kesejukkan yang kau beri untukku.
Ibu, suatu hari nanti jika aku menjadi seorang ibu, bolehkah aku seperti dirimu? yang cantik wajah sekaligus hati dan akhlaknya, bolehkah bu? Biar ku tebak, pasti jawabannya boleh. Karena aku anakmu yang cantik dan pintar.
Ibu, bolehkah aku belajar memasak nasi goreng dari ayah? Ibu jangan cemburu ya, nanti aku akan belajar memasak tumis kangkung buatan ibu itu, yang enaknya tidak ada tandingannya di dunia ini. Bolehkah bu?
Sekali lagi, jawabannya pasti boleh karena aku adalah anakmu yang paling cantik dan pintar. Izinkan aku mengatkan ini sekali lagi, dua kali lagi, jutaan kali lagi, berkali-kali sampai aku mati. Terima kasih ibu, terima kasih Tuhan, telah menciptakan aku ke dunia ini bersama dengan ibuku.
NB: Untuk membaca karya peserta lain, silahkan menuju akun Fiksiana Community
http://www.kompasiana.com/androgini
silahkan bergabung di http://www.facebook.com/group/17520143922982/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H