Mohon tunggu...
imas hanifah
imas hanifah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih berstatus pelajar, ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Aku dan Jutaan Cerita Untukmu

22 Desember 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu, sebenarnya ada banyak kata terima kasih yang belum ku ucapkan. Haruskah aku mengucapkannya setiap hari? Aku selalu mengucapkannya di dalam do'a. Aku malu mengatakannya, ah anak macam apa aku ini? yang pasti bukan Malin Kundang ya bu. Terima kasih bu, sudah melahirkanku ke dunia ini, merawatku sampai sekarang ini. Mungkin permintaanku ini terlalu berlebihan, tapi sungguh bu, aku ingin selamanya bersamamu, bersama ayah juga, kakak, dan adik. Tapi sekali lagi, bukankah sebenarnya di dunia ini tak ada kata selamanya? yang ada hanya sementara. Begitulah kata pepatah yang pernah ku dengar saat kuliah subuh dulu "Dunia sementara, akhirat selama-lamanya"

Saat itu, kalau ibu tidak menyuruhku pergi ke madrasah, mungkin aku tak pernah tahu kalimat yang membuatku selalu ingat dengan tanah merah, nisan putih dan beberapa helai kain kafan. Sungguh ibu, aku takut, betapa mengerikannya semua itu. Tapi mau bagaimana lagi ibu selalu bilang, setiap orang pasti akan mengalaminya, tidak terkecuali kita.

Ibu, entah mengapa rasanya sulit untuk menangisi setiap kenangan yang pernah kita lewati. Benar kan ibu? Bukankah kenangan adalah sesuatu yang akan membuat kita tersenyum karena mengingatnya. Tersenyum sambil menitikkan air mata. Menangis bahagia.

Ibu, rasanya aku sudah lupa dengan masa kecilku ketika umurku masih dua atau tiga tahun. Tapi ada banyak potongan-potongan ingatan yang membuatku tertawa. Saat aku mengompol, merengek minta jajan sampai uangmu habis untukku, belajar di kelas ditemani olehmu, padahal teman-temanku tidak ada yang membawa ibunya masuk ke dalam kelas. Malu sekali saat aku mengingatnya sekarang. Semoga setiap peristiwa itu juga masih hidup dan akan selalu ada dalam ingatanmu, di dalam memori otak kita.

Tentang adik, jangan selalu memanjakannya, nanti kalu dia sudah besar dia akan jadi apa? Biar kakak-kakaknya yang cantik ikut mendidik dia supaya jadi orang yang sukses. Ya bu?

Ibu, aku tahu, di setiap do'amu harapan yang kau tujukan untukku. Maafkan aku bu, hanya senyuman yang selalu ku berikan padamu. Aku tahu, jutaan senyuman takkan pernah membuatmu kenyang atau memiliki kekayaan. Meski begitu, aku tidak akan pernah berhenti tersenyum setiap hari untukmu. Aku sudah memutuskan bu, aku akn jadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Jadi tenang saja, anakmu ini mustahil menjadi Malin Kundang yang durhaka itu. Tapi aku penasaran bu, memangnya ada ibu yang mengutuk anaknya? Ku pikir, yang keluar dari mulut seorang ibu pastilah kata-kata yang baik, seperti sebuah do'a untuk anaknya. Namun dunia sudah semakin berubah rupanya, aku tidak akan terpengaruh bu, aku yakin setiap kemarahan ibu bukan tanpa alasan. Aku yakin, ibu akan selalu menyayangiku sampai kapanpun. Aku sangat yakin dan tidak ada yang bisa menghancurkan keyakinan itu.

Ibu, jutaan kata-kata takkan pernah mampu menuliskan setiappengorbananmu, lembayung senja yang jingga warnanya, masih jauh keindahannya bila dibandingkan guratan-guratan indah di wajahmu yang menjadi saksi dari tetesan air mata dan peluh yang tkkan pernah ku tahu jumlahnya. Pohon-pohon yang hijau yang meneduhkan takkan pernah bisa menandingi kesejukkan yang kau beri untukku.

Ibu, suatu hari nanti jika aku menjadi seorang ibu, bolehkah aku seperti dirimu? yang cantik wajah sekaligus hati dan akhlaknya, bolehkah bu? Biar ku tebak, pasti jawabannya boleh. Karena aku anakmu yang cantik dan pintar.

Ibu, bolehkah aku belajar memasak nasi goreng dari ayah? Ibu jangan cemburu ya, nanti aku akan belajar memasak tumis kangkung buatan ibu itu, yang enaknya tidak ada tandingannya di dunia ini. Bolehkah bu?

Sekali lagi, jawabannya pasti boleh karena aku adalah anakmu yang paling cantik dan pintar. Izinkan aku mengatkan ini sekali lagi, dua kali lagi, jutaan kali lagi, berkali-kali sampai aku mati. Terima kasih ibu, terima kasih Tuhan, telah menciptakan aku ke dunia ini bersama dengan ibuku.

NB: Untuk membaca karya peserta lain, silahkan menuju akun Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun