Itu tadi seorang guru dan masih banyak lagi peristiwa guru melecehkan atau membully siswa. Kalau guru yang profesinya memang mendidik saja masih seperti itu, apa lagi masyarakat dan sosial media!
     Sebagai penutup untuk perenunangan model pendidikan karakter coba kita tengok analogi berikut.
     Perilaku seekor ayam dari dulu tidak pernah mengalami degradasi. Induk ayam tidak banyak ceramah kepada anak-anaknya. Induk ayam tidak banyak memberikan teori kepada anak-anaknya. Induk ayam cukup mengejawantahkan teori dan semua program pendidikan melalui pendampingan terhadap anak-anaknya dengan kasih sayang penuh. Kepak sayapnya setiap waktu menghangatkan dan memberikan kenyamanan kepada anak-anaknya. Tak sehari pun induk ayam itu jauh dari anak-anaknya. Siang malam hati iduk ayam tercurah untuk anak-anaknya.Â
     Anak-anak ayam itu seperti tak ada kesempatan untuk bersikap menyimpang. Tidak ada celah untuk berperilaku di luar perilaku induknya. Setiap kali anak-anak ayam itu membuka mata, setiap kali itu pula anak-anak ayam melihat dan otomatis meniru gerak langkah induk ayam. Dari waktu ke waktu terus terjadi seperti itu pendidikan karakter ayam, hingga saat anak-anak ayam itu beranjak dewasa, mereka memiliki sikap, perilaku, tutur kata, dan tindakan tepat seperti induknya.
     Dua hal penting yaitu induk ayam dalam hal ini guru, orang tua, masyarakat adalah contoh teladan sempurna yang dilihat setiap saat dan induk ayam itu sepenuh hati tak pernah meninggalkan anak-anaknya! @Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H