Pernah dengan berita atau melihat video seorang siswa mengamuk dan menantang gurunya? Beberapa waktu di Kalteng seorang siswa menantang gurunya. Dia adalah siswa SMA yang tidak terima ditegur oleh guru, gara-gara ia berpakian tidak sesuai aturan yaitu bajunya dikeluarkan. https://www.detik.com/bali/hukum-dan-kriminal/d-7007751/viral-siswa-sma-lepas-baju-tantang-guru-berkelahi-ini-penyebabnya.
     Atau pernah melihat video anak SD marah kepada gurunya hingga membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar, serta menendang pintu? (aceh.tribunnews.com/2023/07/18) Â
     Masih banyak lagi peristiwa siswa melawan guru di sekolah. Bahkan di Demak beberapa waktu lalu diberitakan seorang siswa menganiaya guru di kelas dengan senjata tajam.
Fenomena 3)Â Semakin banyak pelajar tawuranÂ
Â
     SuaraBogor.id pada Senin, 4 Desember 2023 memberitakan tiga pelajar SMK akan balas dendam ke salah satu sekolah dan justru salah sasaran dengan menganiaya seorang pelajar lain hingga tewas.  Berita tawuran pelajar ini bukan satu-satunya kejadian. Semakin hari terdengar semakin banyak kejadian tawuran pelajar.
     Dari tiga fenomena tersebut, tidak satupun yang menggambarkan pencapaian tujuan pendidikan karakter. Semuanya bertentangan dengan nilai-nilai religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan. Lantas mengapa bisa demikian? Bukankan di sekolah sudah digencarkan pendidikan karakter? Bukankan nilai-nilai religius, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan sudah saban hari diajarkan di kelas?
     Ini tidak sedang menyalahkan guru di kelas juga bukan sedang membela guru. Namun, sudah sering kali program yang terkait dengan pendidikan termasuk program pendidikan karakter tidak (dapat) dilaksanakan tepat seperti ketentuan yang sudah ditetapkan. Singkatnya adalah demikian. Bahwa pengetahuan itu penting. Namun, ketika pengetahuan itu tidak diteruskan dengan sikap dan tindakan maka  pengetahuan itu tidak bernilai. Perlu dipahami pula bahwa menyerap pengetahuan itu jauh lebih mudah (cepat) ketimbang melaksanakan atau mempraktikkan pengetahuan dalam sikap.
     Hal itulah yang tampaknya kurang disadari oleh pengambil kebijakan, guru, juga masyarakat. Sehingga pendidikan karakter sekalipun sudah dirancang dengan baik, hasilnya (berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan di atas) masih kurang menggembirakan. Di mana celahnya?
     Sikap dan tindakan! Untuk bersikap dan bertindak, kebanyakan orang (pelajar/siswa) tidak butuh banyak diberi ceramah dan teori melainkan lebih butuh contoh teladan. Guru, orang tua, dan masyarakat umum termasuk media merupakan tokoh yang memiliki kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi (memberikan contoh teladan) sikap dan perilaku para siswa. Tanpa disuruh dan dijelaskan bahwa tokoh tersebut merupakan contoh, para siswa sudah otomatis meneladani para tokoh tersebut.
     Perenungannya adalah bagaimana media sosial kita? Orang tua siswa dan masyarakat serta guru-guru kita? Tidak pernahkah dengar di media sosial oknum guru membully profesi petani orang tua salah satu siswanya? Oknum guru berinisial MJ merupakan pengajar di salah satu SMA di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Guru pembully itu justru guru Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKN) yang notabena pendidik bidang moral. https://news.detik.com/berita/d-6971091/guru-di-sulsel-bully-profesi-petani-ortu-siswa-kronologi-hingga-berdamaiÂ