Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Gemar Membaca Lebih Penting daripada Sekadar Bisa Membaca

25 Juli 2023   00:01 Diperbarui: 27 Juli 2023   01:01 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku (SHUTTERSTOCK) 

Sudah terlalu sering kita dengar bahwa kemampuan baca para pelajar Indonesia sangat rendah. Para pakar pendidikan sangat prihatin atas hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) beberapa tahun terakhir ini. 

Tidak hanya pakar, orang-orang umum pun sepertinya mengolok-olok kemampuan membaca generasi muda kita. Sementara pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional sepertinya lebih banyak berteriak daripada bertindak nyata memperbaiki kemampuan baca tersebut. Literasi, literasi! Iya, itu hanya ganti label saja.

Fakta Tentang Kegiatan Membaca 

Pertama, orang tua peserta didik terutama ibu-ibu sangat bangga kalau anak mereka (sekadar) bisa baca. Ibu-ibu biasanya sangat bangga kalau anak-anak mereka yang masih TK sudah bisa membaca. Mereka akan menggebu menceritakan anak mereka yang sudah bisa membaca di perkumpulan ibu-ibu seperti forum PKK atau forum arisan ibu-ibu. 

Sebaliknya, seorang ibu akan malu kalau ternyata anaknya belum bisa membaca sementara anak-anak yang lain yang sama-sama di TK sudah bisa membaca.

Sayangnya, kebanggaan orang tua kebanyakan hanya berhenti sampai pada "bisa membaca". Kebanyakan, kebanggaan orang tua tidak berlanjut sampai pada gemar membaca. Mereka tahunya kalau anak sudah bisa membaca itu sudah selesai!

Kedua, TK bahkan PAUD sebenarnya tidak diperbolehkan mengajarkan membaca. Namun, karena tuntutan ibu-ibu (orang tua peserta didik) -- menghendaki/bangga kalau anak mereka sudah bisa membaca -- maka banyak guru TK bahkan PAUD yang mengajarkan (memaksa) peserta didik untuk membaca. Bisakah peserta didik di usia 4-6 tahun diajari membaca? Bisa, dan memang banyak anak usia dini yang sudah bisa membaca.

Perbedaan Gemar Membaca dan Bisa Membaca 

Gemar membaca memiliki pengertian suka sekali membaca. Dalam diri seseorang (peserta didik) yang gemar membaca terus berkobar keinginan untuk membaca. 

Foto: Dokumen @im.tri.suyoto 
Foto: Dokumen @im.tri.suyoto 

Kegiatan membaca bagi peserta didik yang gemar membaca tidak dibatasi oleh ruang kelas, perpustakaan, atau kamar belajar di rumah. Ia akan membaca di manapun ada kesempatan. Bahkan seseorang yang gemar membaca tidak terbatasi oleh waktu. Kapan pun ia akan menggunakan kesempatan untuk membaca. 

Tidak heran kalau beredar banyak cerita tentang Jepang. Di hatle terlihat orang membaca. Di tempat-tempat umum terlihat orang membaca. Di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus apalagi! Tentu terlihat kegiatan membaca yang lebih masif.

Tentu saja, seseorang yang gemar membaca memiliki keinginan yang besar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau informasi baru dari teks yang dibacanya. Dan memang demikian. Orang-orang yang gemar membaca biasanya memiliki banyak pengetahuan. Tidak salah kalau kemudian muncul slogan Buku Adalah Jendela Dunia.

Sementara bisa membaca hanya sekadar melafalkan huruf-huruf. Melaksanakannya hanya pada saat ada tuntutan seperti di kelas karena disuruh guru. Atau membaca di rumah karena disuruh oleh orang tua. Jadi, kalau tidak perintah dari luar tidak akan membaca. Membaca yang demikian cenderung asal-asalan. Membaca asal-asalan tentu tidak melibatkan konsentrasi. Membaca tanpa konsentrasi tidak akan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau informasi yang optimal.

Orang yang bisa membaca belum tentu memiliki keinginan untuk membaca. Jadi, peserta didik yang bisa membaca tetapi tidak memiliki keinginan untuk membaca tentu tidak mengalami perkembangan dalam keterampilan membacanya. Dapat dipastikan, peserta didik atau bahkan orang dewasa yang bisa membaca tetapi tidak gemar membaca maka tingkat literasinya sangat rendah.

Jadi, apalah artinya bisa membaca tetapi tidak gemar membaca. Hanya dengan gemar membaca seseorang akan menyadang predikat literat. Artinya, ia akan memiliki banyak pengetahuan dan ilmu serta piawai dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dalam praktik hidup keseharian.

Upaya Meningkatkan Gemar Membaca 

Karena gemar membaca jauh lebih penting dari sekadar bisa membaca, maka yang perlu kita kejar dan tanamkan lebih dahulu kepada anak-anak yaitu gemar membaca. Kapan dan bagimana melakukannya?

Gemar membaca perlu dilakukan sejak dini bahkan sebelum bisa membaca. Gerakan ini harus dimulai dari rumah. Orang tua sebaiknya mengenalkan buku kepada anak sedini mungkin. 

Di rumah kenalkan dengan buku-buku di perpustakaan keluarga. Jika tidak memiliki perpustakaan kelarga, segera buat! Ajak juga anak-anak secara temporer mengunjungi perpustakaan kota dan toko buku. Jangan lupa, kalau ada komunitas baca di lingkungan, sekali-sekali ajak juga anak-anak ke sana.

Anak-anak pada saat usia dini memang belum bisa membaca tetapi sangat berarti jika anak-anak diajari untuk mencintai buku. Ajari untuk membuka buku. Ajari untuk menikmati gambar-gambar yang ada di buku. Beri kesempatan anak-anak untuk beremajinasi tentang gambar di sana. Beri kesempatan agar anak mengungkapkan pendapatnya. 

Ajari anak untuk menutup buku dengan benar. Ajari pula untuk mengembalikan buku ke tempat semula. Pun ketika pulang ajaklah anak-anak untuk berceloteh tentang buku yang baru saja dilihat dan dipegangnya. Dengan begitu, cinta anak terhadap buku akan tumbuh. Witing tresna jalaran saka kulina, ini mudah-mudahan terjadi! 

Di sekolah awal, tentunya lakukan juga seperti di atas. Buatlah lebih variatif dan lebih menyenangkan.

Tindakan awal tersebut sepertinya tidak berguna. Tidak langsung tampak perubahan pada diri anak. Iya, memang benar tetapi bukankah hasil pendidikan itu baru kelihatan di kemudian hari! Jadi, mari orang tua juga guru-guru di kelas awal melakukan bukan sekadar untuk menuruti kemauan pribadi melainkan untuk memperlengkapi anak di masa mendatang.

Anak usia dini -- TK memang sudah bisa diajari untuk membaca tetapi rawan di kemudian hari akan mengalami kejenuhan. Ibaratkan saja sepotong krupuk. Sepotong krupuk yang belum kering dijemur, kemudian digoreng. Tetu saja sepotong krupuk itu bisa digoreng tetapi tidak bisa mengembang secara optimal. Berbeda dengan sepotong krupuk yang dijemur hingga kering baru di masukkan ke penggorengan. Sepotong krupuk ini akan mengembang dengan sempurna.

Demikian juga dengan anak-anak usia dini. Mereka akan bantat tidak bisa berkembang secara sempurna manakala mereka dipaksa cepat membaca tanpa dipersiapan secara matang. Mereka perlu dipersiapkan secara baik hingga saatnya nanti mereka akan senang dan memiliki kegemaran membaca yang tak terpadamkan. @Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun