Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makan Bergizi Gratis di Sekolah, Makan Apa Adanya di Rumah

8 Januari 2025   18:53 Diperbarui: 9 Januari 2025   15:57 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepiring nasi tanpa lauk dan sayur. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Program makan bergizi gratis sudah diterapkan sejak Senin, (6/1/2025) namun baru di beberapa sekolah di daerah tertentu. Pemerataan program di semua sekolah akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu.

Di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti diberitakan media lokal victorynews.id, makan bergizi gratis cuma terlaksana di 1 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yakni di kabupaten Kupang. Sebanyak 748 titik SPPG lainnya yang tersebar di 21 kabupaten/kota belum melaksanakan program ini.

Jumlah peserta didik aktif di semua jenjang pendidikan di NTT menurut update terkini data.kemendikbud.go.id adalah 1.528.867. Sebagian dari peserta didik tersebut berasal dari keluarga miskin atau mengalami persoalan gizi seperti stunting. 

Data Badan Pusat Statistik NTT dalam ntt.bps.go.id menunjukan pada Maret 2024 kemiskinan di propinsi ini sebesar 19,48% atau 1,13 juta orang. Prevalensi stunting di NTT pada tahun 2023 sebesar 37,9%, tertinggi di Indonesia.

Hadirnya program makan bergizi gratis diharapkan dapat memberi asupan gizi yang cukup bagi anak-anak sekolah khususnya di NTT. Asupan gizi yang cukup akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki sumber daya manusia mumpuni.

Meskipun demikian, makan bergizi gratis hanya sehari sekali dengan porsi 10 ribu rupiah. Seonggok nasi, sayur secukupnya, sepotong daging dan buah.

Makan bergizi gratis sebelumnya disebut makan siang gratis. Makan bergizi gratis ini hanya berupa makan siang sedangkan makan pagi dan malam anak-anak makan di rumah mereka.

Bagi anak-anak dari keluarga miskin, makan bergizi bisa jadi hanya makan siang di sekolah. Makan pagi dan makan malam. hanya apa adanya. Tidak perlu makan bergizi asalkan bisa kenyang dan tidak mati kelaparan.

Makan apa adanya seperti makan cuma nasi dengan sambal tanpa sayur atau lauk. Beberapa anak kadang hanya makan nasi dengan campuran teh atau kopi instan.

Kita biasanya makan tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam. Apakah dengan hanya makan bergizi sehari sekali pada siang hari akan mencukupkan kebutuhan gizi anak-anak?

Di daerah seperti NTT dengan angka kemiskinan dan stunting tertinggi, makan bergizi gratis harus lebih banyak. Misalnya makan siangnya untuk semua siswa dalam sebuah sekolah namun ada makan pagi juga khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin atau yang mengalami masalah gizi.

Pemberian makan bergizi yang lebih bagi anak-anak miskin atau stunting dapat membantu mereka tumbuh sehat seperti anak-anak dari keluarga mampu.

Pemenuhan asupan gizi sebaiknya tidak hanya melalui pemberian makan bergizi namun juga secara holistik melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Melalui pemberdayaan ekonomi, orang miskin dapat memiliki kemampuan ekonomi untuk membeli makanan -makanan bergizi.

Selain itu edukasi-edukasi kepada masyarakat tentang gizi harus dilakukan secara masif oleh berbagai stakeholder. Kurangnya asupan gizi anak-anak diakibatkan juga oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi.

Persoalan gizi juga dapat diatasi melalui penguatan pertanian dan peternakan di masyarakat untuk swasembada pangan bergizi. Bila sebuah keluarga menanam sayuran di pekarangan rumah dan memelihara ayam atau ikan, mereka dapat menghasilkan sendiri makanan bergizi tanpa harus mengeluarkan uang untuk beli.

Beberapa tahun lalu di daerah kami Kabupaten Timor Tengah Selatan, Food and Agriculture Organization (FAO) memberikan bantuan kepada masyarakat berupa paket beras dan minyak goreng dengan syarat harus menanam sayuran di pekarangan rumah. Masyarakat ramai-ramai menanam sayur dan hasil panennya untuk konsumsi keluarga serta dijual. 

Pada tahun lalu ada program peternakan ayam petelur di desa-desa oleh kelompok-kelompok tani. Telur tersedia dengan harga yang terjangkau masyarakat desa. Mereka lebih mudah membeli telur untuk makan.

Sayangnya program pertanian dan peternakan tersebut tidak berlangsung lama. Pertanian dan peternakan seperti ini hendaknya mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam rangka mendukung pemenuhan gizi masyarakat.

Catatan terakhir, pemerintah hanya menyediakan makan bergizi gratis bagi anak-anak untuk makan siang di sekolah. Orang tua harus menyediakan makan bergizi  untuk makan pagi dan makan malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun