"Lenso berwarna, berwarna merah muda. Tanda mata dari ko. Tanda mata, lenso merah muda. Lenso berwarna, berwarna merah muda. Hapus air mata e. Lenso berwarna, berwarna merah muda, tanda cinta mati e..."
Begitulah penggalan lirik dari lagu lawas ciptaan Ian Ulukyanan musisi asal Papua. Lagu Lenso Merah Muda sejak beberapa tahun lalu populer di Timor, Nusa Tenggara Timur namun dalam versi dansa kizomba. Sampai sekarang orang masih sering memutar lagu tersebut di rumah, radio, kendaraan, pesta, dst.
Lagu Lenso Merah Muda berkisah tentang lenso sebagai tanda cinta dari seseorang untuk kekasihnya. Warna merah muda sendiri identik dengan hubungan cinta pasangan muda-mudi.
Lenso merupakan sebutan untuk sapu tangan khususnya di Indonesia bagian timur seperti Papua dan Maluku. Di Maluku lenso sudah menjadi bagian dari budaya dengan adanya tarian lenso dan berbagai lagu pop yang berkaitan dengan lenso.
Di Nusa Tenggara Timur, dalam bahasa Melayu Kupang, lenso populer dengan sebutan lencu. Sementara para penutur bahasa Dawan di Timor menyebut lenso sebagai lesu.
Lencu atau lenso berupa sehelai kain berukuran sekitar 20an centimeter persegi dengan hiasan motif garis, bunga, batik, dll. Lencu ada yang merupakan hasil pabrikan dan ada yang buatan tangan para pengrajin.Â
Motif lencu yang handmade menggunakan teknik sulam atau bordir. Bagian tepi lencu ada yang cuma jahitan obras, renda dan rumbai.
Lencu berfungsi sebagai sapu tangan untuk menyeka area wajah dari kotoran, keringat, air mata, dst. Fungsi lencu yang demikian membuat orang kerap membawa lencu saat berpergian. Laki-laki membawa lencu dalam saku celana sedangkan perempuan membawa lencu dalam tas jinjingnya.
Keunggulan dari lencu adalah bisa memakainya berulang kali. Kalau kotor tinggal cuci dan pakai lagi hingga kusam atau sobek.
Selain untuk menyeka wajah, lencu juga sebagai tanda cinta terutama dari perempuan untuk lelaki pujaan hatinya. Para perempuan yang biasanya memiliki keterampilan membuat lencu. Ketika seorang gadis membuat sehelai lencu untuk kekasihnya, hal tersebut sangatlah spesial.
Hingga kini dalam tradisi peminangan di Timor, orang masih menggunakan lencu buatan tangan sebagai bagian dari seserahan. Di pasar-pasar tradisional masih ada pengrajin yang menjual lencu secara eceran maupun paket. Ada juga lencu pabrikan yang tersedia di pasaran juga.
Mengutip Historia.id, menurut Stephie Kleden Beetz dalam Riwayat Sapu Tangan, Kancing Baju, Kipas dan Payung, sapu tangan muncul dari dunia timur atau Orient. Sapu tangan berawal dari para raja, sultan dan bangsawan Orient pada zaman dahulu yang memakai sehelai kain untuk menutupi kepala. Kalau tidak memakainya, mereka selipkan kain tersebut di pinggang.
Para pelaut kemudian memperkenalkan sapu tangan di Italia dan Prancis hingga menyebar ke negara lain. Sapu tangan lalu menjadi mode di Inggris. Mereka memakainya dengan memegang-megang di tangan, sesekali menyeka hidung dan dahi.Â
Lencu sebagai tanda cinta dugaannya berawal dari drama tragedi Othello gubahan William Shakespeare dengan sapu tangan sebagai simbol dominan dalam drama tersebut.
Di Timor, lencu memiliki fungsi unik sebagai pembungkus uang oleh ibu-ibu di kampung. Mereka melipat uang kertas sekitar empat lipatan dan menaruhnya dalam lencu kemudian mengikat ujung lencu dalam satu simpul. Setelah itu baru memasukkan bungkusan uang dalam saku baju, tas atau dompetÂ
Ada yang setelah membungkus uang dengan lencu kemudian memasukkannya dalam dompet. Dompet tersebut kemudian dia masukan lagi dalam tas jinjing yang lebih besar.Â
Membungkus uang dengan lencu seperti itu agar lebih aman dari copet atau tidak tercecer. Saat akan mengambil uang untuk membayar belanja atau angkutan, sang pemilik uang harus membongkar penyimpanan uang yang berlapis tersebut.
Bagaimana dengan eksistensi lencu di masa kini?Â
Masih terlihat bapak-bapak paruh baya yang membawa lencu di saku celana dan menggunakannya. Ibu-ibu di pedesaan juga masih menggunakan lencu untuk membungkus uang atau menyeka wajah.
Sementara itu ibu-ibu atau kaum perempuan pada umumnya di perkotaan lebih memilih untuk memakai tisu sebagai penyeka wajah. Mereka tidak lagi memegang sehelai lencu namun sebungkus tisu sekali pakai. Tisu selalu tersedia dalam tas jinjing mereka.
Soal tanda cinta, lencu sepertinya tidak lagi menjadi tanda cinta dalam pacaran di kalangan anak muda. Namun lencu masih menjadi tanda cinta dalam seserahan peminangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H