Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sampai Jumpa Lagi Viktor Laiskodat

8 September 2023   19:50 Diperbarui: 13 September 2023   08:15 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program kerja Viktor Laiskodat selama ini entah apa saja, saya tidak tahu pasti. Namun dari pemberitaan media selama ini, program kerja salah satunya adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). 

Dalam program TJPS ini para petani menanam jagung dan kemudian menjual sebagian hasil panen untuk membeli sapi. Program TJPS ini gencar di semua kabupaten di NTT.

TJPS sangat relevan dengan masyarakat NTT yang kebanyakan merupakan petani lahan kering dengan tanaman jagung. Makanan pokok di NTT salah satunya juga adalah jagung.

Namun belum tentu TJPS sukses dan menjangkau semua petani di segenap penjuru NTT. Dalam satu kabupaten program TJPS bergemanya paling di beberapa titik saja, tidak di semua desa dan kampung.

Di sekitar kampung tempat saya tinggal ada beberapa kelompok tani yang selama ini mendapatkan bantuan benih dan pupuk dari pemerintah setiap musim tanam. Namun tidak ada yang membeli sapi dengan hasil penjualan jagung.

Salah satu tantangan TJPS ini adalah sistem pertanian masyarakat yang masih secara tradisional. Menanam jagung tanpa mengolah tanah, hanya sebatas membersihkan lahan. Lahan setiap petani juga kecil dan baru mencapai puluhan atau ratusan hektar kalau terakumulasi dalam gabungan kelompok tani.

Selain itu masyarakat di samping menanam jagung hibrida bantuan pemerintah, mereka juga menanam jagung lokal untuk cadangan pangan selama setahun. Jagung lokal lebih tahan terhadap serangan kutu sedangkan jagung hibrida tidak 

Kini pemerintahan Viktor Laiskodat sudah berakhir dan program TJPS akan senasib. Kendati demikian program pertanian jagung dengan nama apapun dari pemerintah provinsi atau Kementerian Pertanian kiranya tetap berlanjut, bukan asalan saja namun untuk memberdayakan petani.

Gebrakan lain dari Viktor Laiskodat selama ini adalah gerakan tanam dan makan kelor guna mengatasi sunting. Kandungan gizi dalam kelor sangat baik untuk pertumbuhan para balita sehingga tidak mengalami stunting.

Kendalanya adalah pohon kelor tidak ada. Sulit menemukan kelor dalam satu kampung atau desa. Pohon kelor tidak sebanyak pohon pisang atau pepaya yang selalu ada di kebun dan pekarangan warga.

Ketika pemerintah mewajibkan untuk tanam dan makan kelor, masyarakat kesulitan dapat bibit serta daun kelor. Dalam program kelornisasi ini sebaiknya pemerintah yang menyiapkan anakan kelor dan membagikannya secara gratis kepada masyarakat untuk tanam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun