Masa jabatan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan wakilnya Josef Nae Soi dengan akronim Victory Joss telah berakhir pada Selasa (5/9/2023).Â
Pemerintah pusat memilih dan melantik Ayodhia Kalake sebagai Penjabat Gubernur NTT. Kalake merupakan Sekretaris Kementerian Kordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marives) pimpinan Luhut Binsar Panjaitan.Â
Ketika mendengar nama Ayodhia Kalake, saya merasa asing karena tidak pernah mendengar atau membacanya dalam pemberitaan media selama ini. Namun dari nama belakangnya saya yakin dia orang NTT karena ipar dari tante saya marganya juga Kalake.
Mengutip Kompas.com, Ayodhia Kalake walaupun berdarah Flores namun lahir dan besar di Pulau Jawa. Semoga saja saat menjadi Penjabat Gubernur NTT, beliau sudah paham tentang wilayah, masyarakat dan segala hal di propinsi ini.
Berakhirnya kepemimpinan Viktor Laiskodat membuat berbagai pihak mengapresiasinya dengan penilaian-penilaian plus dan minus atas kinerjanya selama ini sebagai gubernur.
Saya sebagai warga Nusa Tenggara Timur pun bertanya-tanya, memangnya apa yang saya dapatkan dari kepemimpinan Viktor Laiskodat?Â
Saya sama sekali tidak mendapatkan langsung program apapun dari pemerintahan Laiskodat. Itulah sebuah kenyataan bahwa seorang pemimpin belum tentu membangun masyarakatnya satu per satu. Walaupun programnya sukses namun belum tentu mengcover jutaan warga sekaligus dalam kurun lima tahun.
Tagline Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi yakni "Kita Bangkit, Kita Sejahtera". Artinya untuk sejahtera kita harus bangkit. Bukan hanya gubernur yang bangkit namun masyarakat juga harus bangkit.Â
Yah, saya sebagai masyarakat NTT terinspirasi saja untuk bangkit dan sejahterakan diri sendiri. Syukurlah kalau terdampak program gubernur namun tidak sama pun dan biasa saja.
Program kerja Viktor Laiskodat selama ini entah apa saja, saya tidak tahu pasti. Namun dari pemberitaan media selama ini, program kerja salah satunya adalah Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).Â
Dalam program TJPS ini para petani menanam jagung dan kemudian menjual sebagian hasil panen untuk membeli sapi. Program TJPS ini gencar di semua kabupaten di NTT.
TJPS sangat relevan dengan masyarakat NTT yang kebanyakan merupakan petani lahan kering dengan tanaman jagung. Makanan pokok di NTT salah satunya juga adalah jagung.
Namun belum tentu TJPS sukses dan menjangkau semua petani di segenap penjuru NTT. Dalam satu kabupaten program TJPS bergemanya paling di beberapa titik saja, tidak di semua desa dan kampung.
Di sekitar kampung tempat saya tinggal ada beberapa kelompok tani yang selama ini mendapatkan bantuan benih dan pupuk dari pemerintah setiap musim tanam. Namun tidak ada yang membeli sapi dengan hasil penjualan jagung.
Salah satu tantangan TJPS ini adalah sistem pertanian masyarakat yang masih secara tradisional. Menanam jagung tanpa mengolah tanah, hanya sebatas membersihkan lahan. Lahan setiap petani juga kecil dan baru mencapai puluhan atau ratusan hektar kalau terakumulasi dalam gabungan kelompok tani.
Selain itu masyarakat di samping menanam jagung hibrida bantuan pemerintah, mereka juga menanam jagung lokal untuk cadangan pangan selama setahun. Jagung lokal lebih tahan terhadap serangan kutu sedangkan jagung hibrida tidakÂ
Kini pemerintahan Viktor Laiskodat sudah berakhir dan program TJPS akan senasib. Kendati demikian program pertanian jagung dengan nama apapun dari pemerintah provinsi atau Kementerian Pertanian kiranya tetap berlanjut, bukan asalan saja namun untuk memberdayakan petani.
Gebrakan lain dari Viktor Laiskodat selama ini adalah gerakan tanam dan makan kelor guna mengatasi sunting. Kandungan gizi dalam kelor sangat baik untuk pertumbuhan para balita sehingga tidak mengalami stunting.
Kendalanya adalah pohon kelor tidak ada. Sulit menemukan kelor dalam satu kampung atau desa. Pohon kelor tidak sebanyak pohon pisang atau pepaya yang selalu ada di kebun dan pekarangan warga.
Ketika pemerintah mewajibkan untuk tanam dan makan kelor, masyarakat kesulitan dapat bibit serta daun kelor. Dalam program kelornisasi ini sebaiknya pemerintah yang menyiapkan anakan kelor dan membagikannya secara gratis kepada masyarakat untuk tanam.Â
Mengingat besarnya manfaat kelor, gerakan kelornisasi perlu berlanjut walaupun tanpa Viktor Laiskodat.
Salah satu kebijakan yang bagus dari Viktor Laiskodat selama ini adalah mewajibkan aparatur pemerintah untuk mengenakan kain sarung/selimut tenunan khas NTT setiap Selasa dan Jumat. Hal ini menjadi promosi dan pelestarian tenunan serta meningkatkan penjualan lain tenunan dari para pengrajin.
Semasa kepemimpinan Viktor Laiskodat, berbagai pernyataannya selalu viral karena cadas dan pro kontra. Namun salah satu soal yang pro kontra berkepanjangan adalah kasus kepemilikan lahan di Besipae, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Pemerintah provinsi mengklaim tanah tersebut sebagai miliknya sehingga hendak membangun peternakan. Sementara sejumlah masyarakat yang bermukim di tempat tersebut mengklaim sebagai lahan miliknya dan melawan pemerintah.
Pemerintah provinsi terpaksa menggusur warga dan warga pun balik melawan pemerintah, demonstrasi pro masyarakat terjadi di mana-mana. Semoga persoalan kepemilikan lahan di Besipae dapat terselesaikan dengan baik agar jelas dan sah di tiap pihak.Â
Masa jabatannya sebagai kepala daerah telah berakhir dan Viktor Laiskodat pamit. Laiskodat mengatakan bahwa dia tidak akan maju sebagai calon gubernur lagi di Pilkada mendatang namun sebagai caleg DPR RI dari Nasdem.
Pemilihan gubernur di NTT dan Pemilu pada 2024 tentu menantang bagi Nasdem di provinsi ini. Selain karena faktor kepemimpinan Viktor Laiskodat sebelumnya, juga karena konstelasi politik nasional. Nasdem berada di pihak Anies Baswedan sementara masyarakat NTT cenderung pada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Pemilu, Pilpres dan Pilkada akan berlangsung pada 2024. Sampai jumpa lagi Viktor Laiskodat sebagai calon apapun dalam tim sukses siapapun.
Salah satu politisi senior dari NTT, Esthon Foenay, pernah melemparkan pesan yang legendaris, "Dalam politik kita berbeda, dalam Tuhan kita bersaudara".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H