Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fakta-fakta Seputar Suanggi di Timor

27 April 2023   18:39 Diperbarui: 27 April 2023   18:46 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan rimpang genoak dan bawang putih dalam peniti sebagai penangkal suanggi . Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Santet merupakan hal yang lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Santet sebagai ilmu hitam untuk mencelakai seseorang. Di bagian timur Indonesia termasuk Timor, Nusa Tenggara Timur, santet populer dengan sebutan suanggi.

Berikut ini fakta-fakta seputar suanggi di Timor. Pertama, suanggi merupakan "obat". Dalam Bahasa Dawan, orang Timor menyebut seseorang yang menggunakan suanggi sebagai alaut.

Ada yang menyebut pengguna suanggi sebagai apaek le'u (pengguna obat). Hal tersebut karena media suanggi ada yang berupa potongan akar, kulit, atau ranting tumbuhan sehingga orang menyebutnya sebagai "obat". Ketika menyantet seseorang berarti nale'u (mengobati/menyantet).

Kedua, suanggi sebagai penyebab sakit dan meninggal. Dalam skemata atau konsep pikiran masyarakat, seolah-olah suatu penyakit atau kematian akibat suanggi.

Ketika seseorang sakit, keluarganya mendatangkan dukun atau membawanya ke dukun untuk suli (melawan atau menetralkan suanggi). Kadang dukun juga mengeluarkan suanggi dalam bentuk batu, potongan besi atau paku dari tubuh orang sakit.

Dalam penerawangan dukun atau "orang pintar", mereka kerap menemukan penyebab dari suatu penyakit adalah suanggi. Ada seseorang yang menyantet, orang bekin atau amo'et. 

Secara umum "orang pintar" sering mengatakan bahwa yang melakukan suanggi merupakan kerabat, tetangga atau teman dari orang yang sakit tersebut namun tidak menyebut nama pelaku secara spesifik.  

Ketika ada seseorang yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan atau faktor usia, masyarakat kerap menghubung-hubungkannya dengan suanggi, terlebih jika kematian tersebut secara mendadak. Dugaannya semakin kuat ketika ada "orang pintar" yang mengatakan bahwa penyebab dari kematian tersebut karena suanggi.

Ketiga, dendam dan iri sebagai motif suanggi. Pada umum seseorang menyantet orang lain sebagai balas dendam. Membuat orang lain sakit bahkan mati dengan suanggi sebagai pembalasan dendam karena adanya sebuah pertikaian atau permasalahan sebelumnya.

Menurut pandangan Atoin Meto (orang Timor), rasa iri juga sering membuat seseorang mencelakai orang lain dengan suanggi. Iri karena tidak memiliki kepandaian, harta, atau jabatan seperti orang lain.

Keempat, curiga dan berhati-hati dengan suanggi. Orang sering curiga sehingga berhati-hati agar tidak terkena suanggi terutama yang masuk melalui makanan dan minuman. Tidak sembarangan menerima pemberian makanan dan minuman dari orang lain, terutama pemberian dari orang yang merupakan tukang suanggi.

Jika terlanjur menerima pemberian tersebut tidak memakan atau meminumnya namun hanya sekedar menerima dan setelah itu membuangnya. Jika terpaksa harus makan atau minum, harus lebih dahulu melakukan suatu ritual kecil untuk menangkal atau menetralkan suanggi dalam makanan.

Ketika ada dua pihak yang cekcok, para orang tua sering mengingatkan anak-anaknya agar tidak menerima makanan atau minuman dari lawan cekcok mereka. Melalui makanan dan minuman, lawan cekcok bisa saja menaruh suanggi.

Kehati-hatian terhadap suanggi juga seperti menghindari interaksi dengan orang-orang tertentu yang memiliki atau menggunakan ilmu hitam ini. Menghindari tatap muka, jabatangan dan pembicaraan dengan orang tersebut.

Kalau ada binatang seperti ular atau serangga tertentu yang muncul di rumah, orang mencurigainya sebagai jelmaan suanggi sehingga mengusir bahkan membunuhnya. Suatu benda seperti batu, kayu atau besi dengan bentuk tidak biasa yang tergeletak di rumah juga bisa mengundang curiga sebagai suanggi.

Pernah ada orang yang menemukan kotoran anjing di rerumputan depan rumahnya. Dia mencurigai kotoran anjing sebagai suanggi kiriman seseorang sehingga melakukan berbagai hal untuk menetralkannya.

Kelima, penangkal dan penetral suanggi. Banyak hal yang orang lakukan untuk menangkal atau menetralkan suanggi misalnya menggunakan air garam.

Penggunaan air garam setelah sepulangnya tamu yang terindikasi menggunakan suanggi. Tuan rumah mengambil air secukupnya lalu memasukan sejumput garam. Memercik atau menyiram air garam ke tempat duduk si tamu dan pada jejak langkahnya di sekitar rumah.

Ada orang yang menetralkan suanggi dengan mengencingi suatu benda yang dia curigai sebagai suanggi. Ada juga yang menaburkan kapur pada benda tersebut lalu membakarnya.

Menangkal suanggi dalam makanan atau minuman, salah satu cara yang cukup populer adalah menggunakan kotoran telinga. Memasukan salah satu jari ke lubang telinga dan mengorek sedikit kotoran telinga. Kemudian menempelkan ujung jari tersebut ke bagian bawah piring berisi makanan atau gelas yang berisi minuman. Piring atau gelas akan pecah jika dalam makanan atau minuman tersebut terkandung suanggi.

Untuk anak balita, para orang tua sering menyematkan potongan bawang putih dan genoak dengan peniti di baju si kecil untuk menangkal suanggi. Pokoknya ada begitu banyak cara orang untuk menangkal atau menetralkan suanggi.

Keenam, stigma suanggi. Adanya seorang atau beberapa orang di suatu tempat yang menggunakan suanggi membuat orang lain memberi stigma untuk daerah tersebut sebagai daerah suanggi. 

Stigma "daerah suanggi" bisa untuk satu kampung kecil, desa, kecamatan, kabupaten atau pulau. Tidak hanya daerahnya saja, penduduk di daerah tersebut juga kerap mendapat stigma sebagai tukang suanggi.

Stigma suanggi membuat orang berhati-hati ke tempat tersebut atau dalam berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari tempat tersebut.    

Ketujuh, gosip tukang suanggi. Dalam gosip-gosip kampung sering membahas tentang orang yang menggunakan suanggi atau tukang suanggi. 

Entah benar atau tidak orang itu menggunakan ilmu hitam namun orang lain sudah memberinya label sebagai tukang suanggi. Melalui gosip dari mulut ke mulut, warga sekampung bisa tahu tentang orang yang merupakan tukang suanggi sehingga waspada dalam menghadapinya.

Ada orang yang mengaku heran dan bingung karena warga sekampung menganggapnya tukang suanggi sementara dia tidak menggunakan suanggi. Namun apa daya, gosip tentang tukang suanggi sudah terlanjur berhembus.

Kedelapan, suanggi antara ada dan tiada. Suanggi yang merupakan ilmu hitam memang benar-benar ada namun tidak semua hal adalah suanggi atau karena suanggi.

Konsep dalam pikiran tentang suanggi membuat seseorang ketika menghadapi sesuatu menganggapnya sebagai suanggi. Misalnya, walaupun penyakit muntaber karena bakteri namun akibat di dalam pikiran seseorang cuma ada pemahaman tentang suanggi, dia menganggap muntaber terjadi karena suanggi.

Contoh lain misalnya, anjing biasanya suka buang kotoran di rerumputan yang pendek. Hal yang wajar ketika anjing membuang kotoran di depan rumah karena adanya rumput. Namun bagi orang yang berpikiran tentang suanggi, kotoran anjing tersebut merupakan suanggi.

Suanggi kadang tidak ada namun pikiran sendiri yang mengada-adakannya. Takut dan konyol dengan pikiran sendiri tentang suanggi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun