Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Minyak Tanah, Kebutuhan Pokok di Pelosok Timor

19 April 2023   18:38 Diperbarui: 23 April 2023   03:45 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jerigen-jerigen berisi minyak tanah tergantung di sisi luar kendaraan angkutan pedesaan. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Pasar Niki-niki di Kelurahan Niki-niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, pada hari Rabu (19/4/2023) terlihat ramai dengan pedagang dan pembeli. Kendaraan yang lalu lalang dan parkir di bahu jalan trans Timor membuat lalu lintas tersendat.

Pasar Niki-niki merupakan pasar mingguan yang hanya sekali ada dalam seminggu tepatnya pada hari Rabu. 

Pada saat hari pasar, warga setempat dan warga dari kecamatan-kecamatan tetangga seperti Kecamatan Kuatnana, Ki'e, Oenino, Polen, Fautmolo, Amanuban Timur, dan lainnya berbondong-bondong ke pasar. 

Mereka kebanyakan membawa hasil pertanian dan peternakan untuk menjualnya. Sebagian lainnya hanya sekedar berbelanja berbagai kebutuhan di pasar.

Dalam hiruk pikuk kesibukan pasar, di emper salah satu toko kelontong tampak padagang minyak tanah sedang duduk mengawasi dagangannya itu. 

Di hadapannya ada potongan drum pendek berisi minyak tanah dan satu drum besar berisi minyak tanah juga. Belasan jerigen putih ukuran 5 liter berbaris rapi di samping drum minyak tanah tersebut.

Beberapa pembeli minyak tanah menitipkan jerigennya ke penjual minyak tanah dan setelah berdagang atau berbelanja di pasar barulah mereka mengambil jerigennya dengan minyak.  

Terlihat juga beberapa pengunjung pasar yang baru datang membawa jerigen 5 liter yang masih kosong. 

Ada yang membawa jerigen ukuran 2 liter. Tampak ada mobil pick up yang merupakan angkutan pedesaan menurunkan penumpang dari kampung dengan jerigen-jerigen kosong yang tergantung di samping kiri mobil.  

Sementara itu ada orang yang sudah membeli minyak tanah terlihat membawa jerigen berisi minyak dengan belanjaan lain. Ada yang menunggu kendaraan  dengan jerigen berisi minyak tanah terletak di sisinya.

Salah satu mobil angkutan pedesaan yang hendak kembali ke kampung tujuan terlihat penuh dengan penumpang dan di samping kiri badan mobil tergantung jerigen-jerigen berisi minyak tanah. Ada jerigen yang terisi minyak tanah hingga 5 liter penuh, setengah saja atau sepertiga. 

Orang-orang dari kampung ini membeli minyak tanah tidak hanya untuk kebutuhan sendiri. Ada juga yang akan menjualnya lagi kepada orang lain di kampungnya dengan takaran yang lebih sedikit dan harga agak mahal.

Inilah sekilas potret orang-orang dari pelosok-pelosok Timor. Mereka membeli minyak tanah karena merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting sebagai bahan bakar lampu pelita. Bukan untuk memasak menggunakan kompor minyak. 

Minyak tanah bahkan lebih penting dari beras atau minyak goreng. Jika tidak ada beras, mereka masih bisa makan jagung hasil panen di kebun sendiri. Jika tidak ada minyak goreng, mereka masih bisa membuat minyak sendiri dari limpahan buah kelapa. 

Namun, jika tidak ada minyak tanah di rumah, dunia gelap gulita karena tidak ada bahan bakar untuk lampu pelita dan tidak ada alternatif lain.

Beberapa orang dari daerah pedalaman saat hari pasar sering mengatakan dalam Bahasa Dawan, "Nao neu soba hat sos masi ma min nain". Artinya, "Pergi ke pasar untuk membeli garam dan minyak tanah". 

Walaupun nantinya tidak hanya membeli garam dan minyak tanah tetapi mereka mengatakannya demikian.

Selain garam, minyak tanah menjadi kebutuhan yang penting dari orang-orang pelosok. Garam dan minyak tanah pun menjadi semacam metonimia saat mengatakan akan ke pasar untuk berbelanja sejumlah kebutuhan hidup.      

Yah, saat ini listrik sudah masuk sampai ke desa-desa namun belum semua desa mendapat sambungan listrik. 

Ada desa yang sudah mendapat program pelistrikan namun kadang masih ada satu atau dua kampung kecil dalam desa tersebut yang tidak terhubung listrik. 

Ada juga program listrik tenaga surya di daerah yang belum terjangkau listrik namun tidak semua orang mendapatkannya juga.

Lampu pelita berbahan bakar minyak tanah sebagai penerangan di malam hari. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.
Lampu pelita berbahan bakar minyak tanah sebagai penerangan di malam hari. Gambar: dokumentasi Imanuel Lopis.

Ketika tidak ada listrik PLN ataupun listrik tenaga surya, satu-satunya penerangan di malam hari adalah menggunakan lampu pelita berbahan bakar minyak tanah. Lampu pelita buatan sendiri dari kaleng bekas dengan tambahan sumbu dalam sebatang pipa.

Hingga saat ini, minyak tanah masih menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mereka yang tidak memiliki listrik. Saat hari pasar di pasar-pasar tradisional, orang membawa jerigen untuk membeli minyak tanah sebagai bahan bakar lampu pelita. 

Jika suatu saat nanti orang-orang dari pelosok di Timor tidak lagi ramai membeli minyak tanah, itu artinya listrik sudah menjangkau semua penjuru daerah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun