Akhir pekan Sabtu (4/3/2023), Kota Soe ibu kota kabupaten Timor Tengah Selatan hawanya terasa agak dingin di sore hari. Langit berawan dan angin berhembus perlahan.Â
Kendaraan lalu lalang di Jalan Diponegoro, jalur trans Timor. Sekelompok pemuda tampak sedang bermain voli di samping SMA Efata Soe.
Setelah SMA Efata lalu Gereja Maranatha Soe dan sebuah simpang jalan kecil ke arah timur. Menurut beberapa postingan di media sosial, tak jauh dari persimpangan jalan ini ada pohon Ratu Beatrix. Saya penasaran ingin melihat pohon tersebut.
Setelah berjalan melewati jalan kecil sekitar 100 meter terlihat sebuah tempat seperti taman di sebelah kiri. Beberapa pohon rimbun tumbuh berjejer di sisi jalan. Sekitar area ini berupa rerumputan yang tumbuh bagai bentangan karpet hijau.Â
Agak di bagian pojok taman ada sebuah pohon tumbuh rimbun. Sekeliling pohon berupa tempat duduk dari cor semen dan berwarna merah. Ya, itulah pohon Beatrix seperti yang saya lihat di media sosial.
Saya menuruni beberapa anak tangga menuju pohon tersebut. Batang pohon berlubang hingga membentuk rongga menganga di separuh pohon. Namun pohon masih kokoh dan berdaun lebat. Daunnya lonjong dan agak tebal seperti daun beringin.
Entah pohon ini nama sebenarnya apa namun orang menyebutnya pohon Beatrix. Sekilas pohon ini seperti pohon biasa namun memiliki pembeda dari pohon lain.Â
Di salah satu sisi tempat duduk coran yang mengitari pohon tertempel prasasti putih dan usang. Tulisannya menggunakan huruf kapital dalam Bahasa Belanda.
"DEZE BOOM WERD GEPLANT VOOR DE GEBOORTE VAN BEATRIX WILHELMINA ARMGARD PRINSES VAN ORANJE-NASSAU PRINSES VAN LIPPE-BIESTERFELD OP 31 JANUARI 1938". Menurut terjemahan Google artinya "POHON INI DITANAM UNTUK KELAHIRAN BEATRIX WILHELMINA ARMGARD PUTRI ORANGE-NASAU PUTRI LIPPE-BIESTERFELD PADA TANGGAL 31 JANUARI 1938" ".
Pada zaman dahulu di wilayah Soe, orang Belanda menanam pohon ini untuk kelahiran Ratu Beatrix pada 31 Januari 1938. Pohon ini kemudian akrab dengan sebutan pohon Beatrix.
Suasana sekitar pohon hening dan sepi. Di seberang jalan ada dua rumah model zaman dulu sedangkan bagian timur taman berupa hutan dan semak.Â
Ketika saya melihat prasasti berbahasa Belanda, serasa memasuki mesin waktu ke masa lalu. Seolah ada di Soe zaman dulu dan melihat orang Belanda menanam pohon tersebut.
Ah, imajinasi saya buyar dengan sampah plastik yang berserakan di sekitar pohon. Rerumputan liar tumbuh tak terpangkas. Tempat ini terkesan terlantar dan tak terurus.Â
Padahal dalam beberapa promosi wisata dan pemberitaan online, pohon Beatrix tertulis sebagai salah satu tempat wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.Â
Pemerintah sebaiknya menata dan memperindah tempat wisata ini. Menanam bunga, membuat tempat duduk lebih banyak, memasang lampu hias dan lampu penerangan. Selain itu juga perlu memasang papan nama taman dan penunjuk arah ke tempat ini.Â
Semoga taman ini bisa menjadi tempat wisata sejarah yang kekinian dan populer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H