Sementara Lala, 15 tahun, membantu kakaknya sebagai operator. Sambil ditugaskan untuk mendokumentasi latihan dan pementasannya. Ibunya mengawasi sambil memberi semangat mereka; Icha, Lala, dan anak-anak yang dilatih. Sedangkan aku, kerap terbahak-bahak menyaksikan mereka, sambil jail menggoda sana-sini.
Aku lihat, Icha memiliki keinginan belajar yang lebih. Ketika ibu-ibu latihan menjahit di joglo, icha juga terlibat; mengurusi sekaligus belajar menjahit. Ia belajar dari menggerakkan pedal mesin jahit, menjahit lurus, sampai dapat menjahit bentuk. Ia sudah mulai akrab pula dengan mesin jahit.
Disamping kegiatan itu semua, Icha masih punya tugas setiap pagi mengantar Lala yang masih duduk di bangku SMA kelas satu. Â Masih ditambah lagi, ia harus merawat empat kucing piaraannya. Mengkandangkan, mengeluarkan dari kandang, mencari kalau tidak pulang, melatih agar piaraannya itu membuang kotoran di tempat yang benar, tidak kencing dan berak sembarangan, menjadi rutinitasnya tiap hari. Seminggu sekali memandikannya. Menyediakan pakannya, dan kadang membelikan pakan dengan uang sakunya.
 Sementara aku, ayahnya, tak punya kuasa penuh pada mereka. Biarlah mereka menyelami hidupnya, baiar tahu pahit getirnya kehidupan. Aku hanya mengawasi, sambil jail, seperti sekarang, menulisnya apa yang aku amati pada mereka. Dalam hati aku selalu berdoa, semoga senantiasa diberi kesehatan, dan terus berupaya "menjadi" dalam derap langkah kehidupannya. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H