Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku Bangga pada Keluargaku

2 September 2017   02:14 Diperbarui: 2 September 2017   09:52 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan Menari, Foto: Dok.pribadi

Sementara Lala, 15 tahun, membantu kakaknya sebagai operator. Sambil ditugaskan untuk mendokumentasi latihan dan pementasannya. Ibunya mengawasi sambil memberi semangat mereka; Icha, Lala, dan anak-anak yang dilatih. Sedangkan aku, kerap terbahak-bahak menyaksikan mereka, sambil jail menggoda sana-sini.

Aku lihat, Icha memiliki keinginan belajar yang lebih. Ketika ibu-ibu latihan menjahit di joglo, icha juga terlibat; mengurusi sekaligus belajar menjahit. Ia belajar dari menggerakkan pedal mesin jahit, menjahit lurus, sampai dapat menjahit bentuk. Ia sudah mulai akrab pula dengan mesin jahit.

Icha belajar menjahit. Foto: Lala
Icha belajar menjahit. Foto: Lala
Yang membuat aku bahagia, ia belajar bermasyarakat. Ditambah lagi, dengan padatnya kegiatan bermasyarakat itu, Icha tak punya rasa kendor pada pelajaran kuliahnya. Ia masih menyempatkan belajar untuk kuliahnya. Dan kuliahnya memang tidak kedodoran. Rata-rata tiap semester IP-nya mencapai 35. Barangkali tidak mencapai rengking satu, tapi capaian nilai segitu, perasaan apa yang harus ditaruh padanya?

Disamping kegiatan itu semua, Icha masih punya tugas setiap pagi mengantar Lala yang masih duduk di bangku SMA kelas satu.  Masih ditambah lagi, ia harus merawat empat kucing piaraannya. Mengkandangkan, mengeluarkan dari kandang, mencari kalau tidak pulang, melatih agar piaraannya itu membuang kotoran di tempat yang benar, tidak kencing dan berak sembarangan, menjadi rutinitasnya tiap hari. Seminggu sekali memandikannya. Menyediakan pakannya, dan kadang membelikan pakan dengan uang sakunya.

Kami bahagia. Foto: Ruly Handoyo
Kami bahagia. Foto: Ruly Handoyo
Aku tidak bermaksud pamer atau menyombongkan diri dengan cerita ini. Aku ingin mengungkapkan kebanggaan dan kebahagiaan atas jerih payah keluargaku ini: istri, Icha, dan Lala. Sebuah cerita yang mungkin dialami keluarga-keluarga yang lain, juga pembaca sekalian. Makin bahagia aku ketika cerita ini menginspirasi.

 Sementara aku, ayahnya, tak punya kuasa penuh pada mereka. Biarlah mereka menyelami hidupnya, baiar tahu pahit getirnya kehidupan. Aku hanya mengawasi, sambil jail, seperti sekarang, menulisnya apa yang aku amati pada mereka. Dalam hati aku selalu berdoa, semoga senantiasa diberi kesehatan, dan terus berupaya "menjadi" dalam derap langkah kehidupannya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun