***
Pagi hari aku bangun lebih awal. Udara cukup menggigit. Aku menelusuri gang-gang desa ini. Sisa letusan itu masih cukup pekat dimana-mana. Daun-daun bawang sebagian baru tumbuh. Sisa-sisa daun kentang yang terbakar debu erupsi masih menghampar di lahan-lahan penduduk. Embun melekatkannya pada pori-pori daun.
Aku mampir juga di warung kopi yang sudah ada pengunjung. Satu dua orang bukan orang setempat. Aku pesan kopi panas.
Ketika kopi tersedia, aku segera akan menenggak. Satu orang yang duduk di dekatku, dan beberapa waktu terlibat obrolan denganku, mengingatkanku. “Hati-hati Pak, kopi itu panas.”
Aku rasakan gelas kopi dengan jari tangan. Dingin. Orang itu menjelaskan tentang pengaruh suhu dingin pada permukaan gelas. Tetapi sesungguhnya air kopi itu masih mendidih. Kalau diminum akbatnya nanti lidah akan terasa melepuh. Aku menganguk-angguk.
Aku segera pamit ketika ketika pembicaraan kami sampai pada makanan kas desa ini. Aku ingin membantu Bu Kepala Dusun untuk menanak nasi aron.
Namun, sesampai di rumah Kepala Dusun, di dapur semuanya sudah siap. Nasi aron sudah matang, warnany putih, menggumpal agak keras, sayur lalapan sudah masak, juga ada ikan laut. Bu Kepala Dusun sedang mengerus sambal. Aroma sambal itu menguap. Pedas sekali rasanya.
Bu Kepala Dusun mau mengambilkan nasi aron untukku. Aku mencegah. Aku ingin mengambil sendiri, dan aku menumpuk cukup banyak nasi aron di piring. Kelihatan menggunung. Bu Kepala Dusun tersenyum. Kepala Dusun diambilkan nasi aron oleh istrinya. Isi piringnya tidak sebanyak nasiku, hanya setenagahnya saja.
Kami makan bersama. Mereka makan pelan-pelan. Aku sekali suap rasanya ingin memasukkan semua isi piring. Betapa, sambal ini sangat pedas. Pada udara dingin, mukaku terasa merah dihantam panasnya sambal. Mulutku mendesis seperti ular.
Bu Kepala Dusun tersenyum dikulum melihatku. Apalagi ketika aku kesulitan menelan nasi aron. Rasanya nasi ini mencekat di leher, dan sisa nasi aron dimulu rasanya sulit menemukan jalan masuk ke perut.
“Dibantu dengan air Pak.” Kata Bu Kepala Dusun sambil menyodorkan air hangat.