“Bapak juga kerja di tempat lain?”
“Ya Mas, pengabdian.”
Ojek berhenti di depan rumah keluarga besarku, tanpa aku harus memberi tahu. Aku turun tepat di bawah lampu neon 40 watt, dipasang tepat di depan pintu gerbang. Aku tengok jam tangan pukul sepuluh tepat. Aku keluarkan selmbar rupiah dari dompet dengan cepat. Saat aku sodorkan pada tukang ojek, jantungku bergerak cepat.
“Astaga! Pak Suwardi?!” aku urung memberikan ongkos.
“Ya, Mas.”
“Bapak Masih ngojek?”
“Cari tambahan Mas.”
“Masih mengajar?”
“Masih seperti yang dulu.”
“GTT?”
Pak Suwardi menganggu samar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!