Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wukir Suryadi: Spirit Musik dari Bumi Tempatnya Berpijak

21 April 2016   20:33 Diperbarui: 22 April 2016   17:05 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggung Wukir

Instrumen musik dan memainkannya di atas panggung merupakan satu kesatuan karakter berkesenian Wukir. Bambu Wukir sudah menjadi satu kesatuan dengan jiwanya. Alat musik dengan material dasar bambu ini ia mainkan dengan leluasa. Dasar-dasar penguasaan panggung telah menjadi bagian pertunjukannya yang memukau.

Penghayatannya yang intens menggesek dan memetik Bambu Wukir menerbangkannya dalam situasi yang total, menghanyutkan penonton ke dalam kegelisahan dan pemberontakan jiwa Sang Seniman. Tergambarlah modus-modus kalap (trans) jaran kepang yang menginspirasi dan menjadi spiritnya. Tess Joyce mengaguminya sebagai energi magis. Begitu kiranya ia berbagi dengan penonton.

Komposisi-komposisi yang dihasilkan Wukir bersama Rully Shabara dalam Senyawa bukanlah irama merdu yang meninabobokkan. Alunannya menyayat, hentakannya sekeras cadas. Meraka memainkan ritme, melodi, dan suasana.

Seorang penonton dalam suatu pertunjukannya di Jogyakarta memberikan komentar, “Anda memainkan musik tradisional (etnik) namun tiba-tiba bermusik layaknya Rock Star.”

[caption caption="Foto dari bambuwukir.blogspot.co.id"]

[/caption]Seni musik ciptaan Wukir memang terbukti unik, mengakar, sekaligus inovatif. Banyak orang memperhatikannya semenjak ia dan kelompoknya melakukan perjalanan musiknya dari kota ke kota di Indonesia. Musiknya yang inspiratif membawanya memenuhi undangan untuk memainkanya di Australia, Asia, dan Eropa.

Catatan perjalanan Wukir dan Senyawa-nya tahun 2011 memulai melanglang buana di International Jazz Festival Melbourne sepanggung dengan musisi besar seperti Faust, Yoshida Tatsuya, Tony Conrad dan Charlemagne Palestina. Selanjutnya tampil di MONA FOMA Festival di Tasmania, Festival Adelaide dengan penyanyi Korea Bae II Dong, tur sebagai tamu khusus dari supergrup Australia Regurgitator, di Glatt und Verkert Festival di Austria, serta Sommarscen Festival Malmo di Swedia, Salihara Festival Sastra di Jakarta, Copenhagen Jazz Festival, Festival Clandestino di Norwegia, CTM Festival di Berlin dan Oktober Loft Jazz Festival di Cina. Sempat juga residensi satu bulan di AIR Krems.

Juni sampai Juli 2014, Wukir dan kelompoknya juga berkesempatan melakukan pertunjukan di kota-kota Eropa seperti Bruxelles, Marseille, Lausanne, Paris, Kopenhagen, dan Gothenburg. Ketika Kampusplus menghubunginya tengah bulan September 2014, Wukir dan Senyawa-nya baru saja mendarat di Jogyakarta dari Jepang.

Belum berhenti, tahun 2016 tercatat dia juga memenuhi even-even internasional, seperti di Jerman, Lebanon, maupun Rumania.

Perjalanan Wukir, prestasi yang menginspirasi bermula dari memetik instrumen musik bamboo, menggenggam spirit bumi tempatnya berpijak.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun