“Selama ini yang dikatakan Siwo terbukti benar, kan? Tidak satu pun kata-katanya yang meleset!” Kata pembela Siwo telak.
Penentang Siwo mati kata, tidak dapat mengelak.
Orang-orang yang menghendaki Siwo diusir dari desa ini, tampaknya tidak ikhlas menerima kekalahan dalam adu pendapat. Mereka memilih jalan kekerasan untuk menyingkirkan Siwo. Suatu malam yang pekat, Siwo dihadang segerombolan orang. Tanpa mengeluarkan kata-kata, mereka menyergap Siwo. Orang linuwih ini ditinju wajahnya, ia terpelanting ke belakang. Dari belakang disambut tendangan di punggunggnya, ia sempoyongan beberapa langkah ke depan. Dari depan disambut ayunan lutut menghembas dadanya. Lantas ia terjungkal. Tubuhnya yang telungkup dimasukkan ke dalam karung, diikat, dan dibuang di pinggir sungai.
Pagi harinya, seorang pembuang sampah menemukanya. Ikatan karung itu dibuka. Saat isinya menyembul, yang terlihat pertama kali wajah Siwo. Ia menyeringai. Wajahnya nyaris tidak ada bekas pukulan. Kalau ada, di bagian pipi kanannya yang rata agak bengkak. Memar itu justru membuat wajah Siwo tampak lebih seimbang.
Siwo menceritakan kejadian itu kepada Wak Pir. Ketika didesak untuk mengatakan siapa pelakunya, Siwo hanya menyeringai.
Begitulah, kemudian orang-orang yang tidak suka pada Siwo menyerah. Desa menjadi aman. Orang berpikir seribu kali kalau mau berbuat yang tercela di desa ini.
***
Pada saat desa ini tenang, tata tentrem kerta raharja, mendadak ada kabar yang mengejutkan. Siwo mati tertelungkup di pinggir sawah. Orang-orang kampung berduyun-duyun datang ke sawah. Mereka merasa heran, juga ragu, kemudian cemas. Mereka berpikir Siwo tidak mati, tapi dibunuh. Ketika mereka ingin bertanya penyebab matinya Siwo, mereka kebingungan. Mau ditanyakan kepada siapa? Tak ada saksi. Selama ini yang menjawab misteri di desa ini tidak ada lain selain Siwo.
Misteri kematian Siwo ini tidak pernah jelas. Oarang-orang hanya bisa menceritakan dari mulut ke mulut. Sampai ceritanya menguap. Digantikan cerita-cerita perbuatan tercela yang lain, yang muncul satu demi satu. Sampai akhirnya Pak Carik kehilangan mesin ketik itu.
***
Ketika sore itu ada orang tiba-tiba muncul di ujung gang, orang yang seperti dilemparkan dari langit, orang-orang kampung cepat mengerumuni. Kabar yang menyebar adalah Siwo telah kembali. Begitu antusiasnya orang-orang menunggu reaksi orang itu. Dia memang seperti Siwo waktu dia dilempar ke kampung ini. Juga di mulut gang itu. Pakaiannya juga compang-camping. Rambutnya kumal.